Jumat, 26 Maret 2021

Inovasi Tungku Karbonisasi Untuk Meningkatkan Efisiensi Pengolahan Kelapa

 

Proses produksi yang tidak efisien akan mendorong terjadinya pemborosan sehingga mengakibatkan biaya produksi tinggi. Energi adalah faktor penting untuk suatu industri khususnya pada industri pengolahan kelapa terpadu. Karbonisasi atau proses pengarangan tempurung kelapa pada umumnya tidak efisien selain juga menghasilkan banyak polusi asap pada proses pengarangan tersebut, untuk lebih detail bisa dibaca disini. Energi yang banyak terbuang tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan untuk berbagai pengolahan kelapa, seperti pembuatan kopra putih, dessicated coconut (DC), nata de coco, dan pengeringan cocofiber ataupun cocopeat. Selanjutnya asap yang keluar dari proses karbonisasi tersebut juga bisa dikondensasikan sehingga menghasilkan produk asap cair (liquid smoke). Dengan konfigurasi di atas maka tungku karbonisasi bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin demikian juga limbah atau polusi asap juga bisa diminimalisir sekecil mungkin. Skema sederhana tungku karbonisasi seperti dibawah ini :


Input tungku karbonisasi terutama adalah tempurung kelapa, tetapi sabut, janjang, dan pelepah juga bisa digunakan. Alat penukar panas (heat exchanger) dipasang untuk mengambil atau memanfaatkan panas dari proses karbonisasi tersebut. Udara dari lingkungan setelah melalui alat penukar panas akan menjadi panas. Udara panas yang dihasilkan tersebut selanjutnya bisa dimanfaatkan sesuai keperluan seperti di atas. Pada produksi kopra putih dimana hanya dibutuhkan udara panas bersih, bukan dari asap atau gas sisa pembakaran (flue gas) bisa memanfaatkan udara panas tersebut, demikian juga pada produksi kelapa parut kering / dessicated coconut (DC).  Air kelapa yang masih banyak dibuang sehingga mencemari lingkungan juga sebaiknya diolah menjadi nata de coco atau cuka (vinegar). Proses perebusan air kelapa untuk kedua produk di atas juga bisa memanfaatkan panas dari tungku karbonisasi tersebut. Dengan ongkos atau biaya energi yang bisa dipangkas atau diminimalisir dengan cara tersebut, maka produk-produk olahan kelapa menjadi lebih kompetitif dan memberi tambahan keuntungan bagi produsennya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...