Tampilkan postingan dengan label industri kelapa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label industri kelapa. Tampilkan semua postingan

Minggu, 09 Mei 2021

Biochar untuk Perkebunan Kelapa

Produktivitas kelapa Indonesia semakin mengalami penurunan sehingga walaupun luas kebun kelapanya terbesar di dunia. Hal tersebut tentu membuat tanah-tanah kurang produktif dan hasil bumi dari perkebunan kelapa juga rendah. Sebagai perbandingan produktivitas kelapa India mencapai 300 butir per pohon atau 7,5 kali lipat dari Indonesia yang rata-rata hanya 40 butir per pohon per tahun. Selain itu juga jumlah kebun kelapa yang harus diremajakan (replanting) sangat luas dan tidak sebanding dengan kecepatan penanaman kembali atau replanting tersebut. Akibat minimnya perawatan juga banyak ditemukan area kebun-kebun kelapa yang rusak yang kalau ditotal mencapai ratusan ribu hektar. 

Kondisi kritis kelapa telah dialami Indonesia dan kini banyak negara penghasil kelapa di kawasan Asia Pasifik mengalami kondisi serupa. Sebagian besar pohon kelapa yang ada adalah pohon yang ditanam satu dekade pasca perang dunia pertama atau kisaran tahun 1930an padahal usia kelapa berkisar 80 tahun. Artinya pohon tersebut sudah berumur lebih dari 80 tahun atau sudah melewati masa produktifnya. FAO bahkan telah memberi peringatan ini sejak 2013. Konsekuensinya industri-industri mengalami kurangnya pasokan bahan baku parah ditengah meningkatnya lonjakan permintaan produk-produk berbasis kelapa tersebut, seperti yang dialami Sambu Group. Sambu group adalah industri kelapa terbesar di Indonesia yang berlokasi di Riau yang harus mendatangkan bahan baku kelapa bulat dalam dua tahun terakhir. Padahal Riau sendiri adalah penghasil kelapa terbesar di Indonesia khususnya kabupaten Indragiri Hilir. 

Mengatasi krisis tersebut tentu dibutuhkan waktu yang tidak cepat dan tidak mudah.  Sejumlah upaya yang terstruktur, sistematis dan masif (TSM) perlu dilakukan secara konsisten untuk mendapatkan hasil optimal dan sesuai tujuan. Sebagai produk yang utamanya untuk pangan dan ditambah seluruh bagiannya yang bisa dimanfaatkan, maka mengatasi krisis perkebunan kelapa atau sektor hulu dari industri perkelapaan adalah hal penting. Selain itu perluasan area perkebunan kelapa juga perlu ditambah hingga sekitar 6 juta hektar sehingga pasokan untuk industri tercukupi, sebagai perbandingan perkebunan kelapa sawit Indonesia telah mencapai sekitar 14 juta hektar. Tentu saja itu langkah selanjutnya setelah replanting dan perbaikan perkebunan kelapa yang rusak bisa diatasi.  

Untuk meningkatkan produktivitas kelapa tersebut selain dengan penggunaan bibit  juga berbagai teknik budidaya pertanian yang memadai. Perbaikan kualitas tanah sehingga tanaman bisa mengoptimalkan pengambilan hara merupakan hal sangat penting dilakukan. Sebagus apapun bibit yang digunakan jika kualitas tanahnya rendah dan teknik bertani atau budidaya ala kadarnya maka hasilnya juga tidak akan optimal. Sebagai contoh pada tanah masam yang membuat penyerapan hara rendah dan juga aktivitas mikroba tanah maka apapun tanamannya juga tidak akan optimal pertumbuhannya. Biochar sebagai pembenah tanah (soil amendment) efektif dan efisien untuk memperbaiki kualitas tanah perkebunan kelapa tersebut. Walaupun kelapa termasuk tanaman yang tahan terhadap salinitas tetapi penurunan salinitas juga akan berdampak baik bagi pohon kelapa tersebut, dan hal ini juga bisa dilakukan dengan aplikasi biochar tersebut.

Seperti halnya kelapa sawit, industrialisasi kelapa semestinya juga sangat mungkin dilakukan. Dengan industrialisasi tersebut maka proses produksi menjadi efisien dan semua panen buah kelapa hasil kebun bisa terolah semuanya. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan diperkirakan penduduk dunia akan mencapai sekitar 10 milyar pada tahun 2050 tentu membutuhkan pangan yang mencukupi dan berbagai hal pendukung lainnya seperti minyak makan dan produk-produk turunan kelapa lainnya. Teknologi pyrolysis sangat bagus digunakan pada industri pengolahan kelapa tersebut. Hal ini selain biochar sebagai produk utama pyrolysis tersebut dengan penggunaan utamanya di perkebunan kelapa, excess energy pyrolysis bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan industri pengolahan kelapa tersebut, baik berupa energi panas maupun listrik. Produk-produk pengolahan kelapa jauh lebih banyak dan variatif dibandingkan sawit. Suatu industri juga akan membutuhkan pasokan bahan baku yang kontinyu dengan jumlah tertentu dan ini berarti level performa perkebunan kelapanya harus bisa dijaga sedemikian rupa sesuai kebutuhan industri tersebut dan aplikasi biochar menjadi solusi jitu. 

Jumat, 26 Maret 2021

Inovasi Tungku Karbonisasi Untuk Meningkatkan Efisiensi Pengolahan Kelapa

 

Proses produksi yang tidak efisien akan mendorong terjadinya pemborosan sehingga mengakibatkan biaya produksi tinggi. Energi adalah faktor penting untuk suatu industri khususnya pada industri pengolahan kelapa terpadu. Karbonisasi atau proses pengarangan tempurung kelapa pada umumnya tidak efisien selain juga menghasilkan banyak polusi asap pada proses pengarangan tersebut, untuk lebih detail bisa dibaca disini. Energi yang banyak terbuang tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan untuk berbagai pengolahan kelapa, seperti pembuatan kopra putih, dessicated coconut (DC), nata de coco, dan pengeringan cocofiber ataupun cocopeat. Selanjutnya asap yang keluar dari proses karbonisasi tersebut juga bisa dikondensasikan sehingga menghasilkan produk asap cair (liquid smoke). Dengan konfigurasi di atas maka tungku karbonisasi bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin demikian juga limbah atau polusi asap juga bisa diminimalisir sekecil mungkin. Skema sederhana tungku karbonisasi seperti dibawah ini :


Input tungku karbonisasi terutama adalah tempurung kelapa, tetapi sabut, janjang, dan pelepah juga bisa digunakan. Alat penukar panas (heat exchanger) dipasang untuk mengambil atau memanfaatkan panas dari proses karbonisasi tersebut. Udara dari lingkungan setelah melalui alat penukar panas akan menjadi panas. Udara panas yang dihasilkan tersebut selanjutnya bisa dimanfaatkan sesuai keperluan seperti di atas. Pada produksi kopra putih dimana hanya dibutuhkan udara panas bersih, bukan dari asap atau gas sisa pembakaran (flue gas) bisa memanfaatkan udara panas tersebut, demikian juga pada produksi kelapa parut kering / dessicated coconut (DC).  Air kelapa yang masih banyak dibuang sehingga mencemari lingkungan juga sebaiknya diolah menjadi nata de coco atau cuka (vinegar). Proses perebusan air kelapa untuk kedua produk di atas juga bisa memanfaatkan panas dari tungku karbonisasi tersebut. Dengan ongkos atau biaya energi yang bisa dipangkas atau diminimalisir dengan cara tersebut, maka produk-produk olahan kelapa menjadi lebih kompetitif dan memberi tambahan keuntungan bagi produsennya. 

Jumat, 17 Juli 2020

Membuat Prototype Pabrik Kelapa Kelapa Terpadu Berbasis Kebun Kelapa Sempit


Industri kelapa terpadu belum banyak ditemukan di Indonesia, padahal dengan mengolah kelapa secara terpadu maka pengolahan tersebut akan menjadi efektif dan efisien. Setiap bagian pohon kelapa bisa dimanfaatkan, termasuk buahnya atau seluruh bagian dari buah tersebut. Dengan memanfaatkan buah kelapa secara menyeluruh juga selain akan menghasilkan sejumlah produk, juga ada bagian buah yang bisa dijadikan sebagai sumber energi untuk proses produksi tersebut. Kondisi ini juga akan meminimalisir bahkan mengeliminasi penggunaan energi dari luar. Selain itu penggunaan energi dari biomasa yang merupakan carbon neutral sehingga ramah lingkungan karena merupakan energi terbarukan dan menghemat biaya produksi. Biaya produksi yang bisa dihemat akibat penggunaan limbah biomasa seperti sabut dan tempurung kelapa akan membuat keuntungan usaha lebih besar.




Pemilik perkebunan kelapa dengan luas beberapa puluh atau ratus hektar bisa membuat pilot project (prototype) industri kelapa terpadu. Dengan membuat prototype dari industri kelapa terpadu tersebut maka bisa menjadi dasar untuk perbesaran kapasitas (scale up) selanjutnya. Karakteristik produk, proses produksi hingga peluang pasar bisa dipelajari lebih baik dengan cara ini. Setelah semua informasi telah didapat dan dikuasai dengan baik selanjutnya menjadi lebih mudah dikembangkan termasuk apabila ingin mencari investor untuk pengembangan usaha tersebut.

Memang rute atau cara diatas memakan waktu lebih lama dan usaha lebih keras dibandingkan apabila hanya menjual buah kelapa dari kebun tersebut, apalagi kelapa muda yang dijual, tentu lebih cepat dan lebih mudah. Tetapi jika visi besar yang dibangun dengan mengoptimalkan potensi tersebut maka rute atau cara di atas menjadi jauh lebih efektif dan lebih aplikatif di sejumlah lokasi sentra-sentra produksi kelapa dimana pun berada. Dengan pendekatan industri kelapa terpadu tersebut selain memaksimalkan keuntungan juga menjadi aktivitas produksi yang zero waste. Berbeda dengan kelapa sawit yang varian produknya lebih terbatas, varian produk kelapa lebih banyak sehingga pendekatan industri kelapa terpadu setiap tempat bisa berbeda-beda dari satu tempat dengan yang lainnya.

AI untuk Pabrik Sawit atau Pengembangan Produk Baru dengan Desain Proses Baru ?

Aplikasi AI telah merambah ke berbagai sektor termasuk juga pada pabrik kelapa sawit atau pabrik CPO. Aplikasi AI untuk pabrik kelapa sawit ...