Rabu, 31 Agustus 2022

Lini Lengkap Produksi Pellet (Bahan Bakar dan Pakan) Kapasitas Kecil Untuk Riset dan Eksperimen

Alat laboratorium sebagai unit produksi atau seperti pabrik kecil (mini-mill) sangat dibutuhkan baik untuk pembelajaran (riset dan experiment) maupun sebagai tahapan produksi sebelum mencapai tahap komersial pada suatu bisnis. Dengan mengamati dan melakukan ujicoba pada mini-mill tersebut selain akan didapat pemahaman lengkap tentang proses produksi dari A sampai Z, juga bisa melakukan pengamatan secara mendetail dan mendalam setiap tahapan produksi dengan cara mudah dan murah serta memberi gambaran lebih utuh untuk proses produksi secara komersial nantinya. Riset dan eksperimen dari berbagai macam bahan baku, baik satu macam bahan baku (single material) maupun campuran beberapa bahan baku (mixed material) juga mudah dilakukan. Saat ini banyak para peneliti maupun praktisi yang ingin mencoba suatu bahan baku untuk dibuat pellet tetapi kesulitan mencari rekan atau perusahaan yang bisa melakukannya. Setting peralatan dengan fasilitas mini-mill juga jauh lebih mudah, berbeda dengan pabrik besar. Hal inilah mengapa pada umumnya pada pabrik besar tidak mau menerima ujicoba pembuatan pellet dari suatu bahan tertentu, karena yang menjadi fokus mereka adalah target produksi, kecuali jika memiliki fasilitas R & D untuk ujicoba tersebut. 

Sedangkan jika alat laboratorium tersebut hanya berupa alat fungsional saja seperti alat pemotong, alat penghancur dan sebagainya tetapi tidak diintegrasikan menjadi suatu unit produksi (walaupun kapasitas kecil) maka akan sulit untuk membayangkan terlebih lagi merancang industri atau pabrik komersial secara akurat. Jikapun sejumlah alat fungsional di laboratorium tersebut diintegrasikan yang biasanya berasal dari sejumlah produsen dan memiliki kapasitas berbeda-beda maka untuk mengoperasikan mini mill yang dirakit tersebut juga tidak mudah. Hal itulah mengapa menjadi penting untuk mengadakan suatu suatu lini lengkap (complete line) untuk produksi pellet tersebut. Produksi pellet yang dihasilkan juga bisa dua macam, yakni pellet bahan bakar seperti wood pellet dan pellet pakan seperti pellet daun (leaf pellet), tergantung pada bahan baku yang digunakan.

Dan memang pada skala komersial atau pabrik besar spesifikasi pelletiser untuk pellet bahan bakar seperti wood pellet berbeda dengan pelletiser untuk pellet pakan (feed pellet). Pelletiser untuk pellet      bahan bakar seperti pada produksi wood pellet memiliki daya motor listrik lebih besar sekitar 3 kali dari pelletiser untuk produksi pellet pakan, misalnya untuk 1 ton/jam wood pellet butuh 150 KW sedangkan untuk pellet pakan hanya 50 KW. Selain itu kualitas logam yang digunakan untuk produksi pelletiser tersebut biasanya juga berbeda karena tingkat kekerasan bahan bakunya juga berbeda. Pelletiser adalah peralatan utama atau jantung proses pada produksi pellet, baik pellet bahan bakar (wood pellet) maupun pellet pakan (feed pellet).  Berdasarkan pengalaman di lapangan ternyata banyak kasus kegagalan produksi wood pellet komersial akibat kesalahan pada pemilihan pelletiser ini, yakni pelletiser untuk pakan digunakan untuk pelletiser kayu (wood pellet) selain tidak optimal, umur mesin pendek, bahkan juga dalam sejumlah kasus wood pellet tidak terbentuk sehingga target produksi tidak tercapai. Alasan utama mengapa terjadi hal tersebut adalah karena tergiur masalah harga, yakni pelletiser pakan lebih murah dan secara penampilan juga sulit dibedakan (khususnya orang awam). 

Pada produksi pellet kapasitas kecil ini pelletiser yang digunakan satu macam saja, karena tujuan utamanya lebih pada aspek kualitatif, belum pada aspek kuantitatif. Sejumlah tahapan proses pada produksi pellet bahan bakar (wood pellet) juga sangat mirip dengan produksi pellet pakan, sehingga peralatan yang digunakan juga mirip atau bahkan sama. Hal tersebut terutama supaya harga unit produksi tersebut tidak terlalu mahal. Pada produksi pellet komersial, pelletiser jenis ring die lebih banyak dan umum digunakan dibandingkan jenis flat die. Tetapi karena pelletiser jenis ring die lebih mahal walaupun mendekati kondisi riil industri pellet, maka pelletiser flat die juga sudah memadai untuk maksud pada tahap ini. 

Pellet pakan memiliki sejarah lebih lama dibandingkan pellet bahan bakar khususnya wood pellet, yakni pada tahun 1920an ketika Purina Animal Nutrition, salah satu produsen pakan ternak terbesar di dunia saat ini. Dengan pelletisasi tersebut bahan brupa serbuk, kurang disukai ternak (unpalatable), kepadatan yang berbeda-beda menjadi lebih mudah digunakan dan meningkatkan keseragaman. Teknik pelletisasi ini kemudian dengan cepat banyak diminati oleh banyak produsen pakan sehingga pada tahun 1930 ada sejumlah pabrik pakan yang spesialis produksi pellet pakan (feed pellet) tersebut. Produksi pellet pakan dunia juga jauh melampaui pellet bahan bakar (wood pellet), yakni kisaran 1 milyar ton per tahun sedangkan wood pellet di kisaran 50 juta ton per tahun. Keduanya memiliki fungsi strategis pada hajat hidup manusia. Pellet pakan sebagai mata rantai pangan untuk manusia sangat dibutuhkan dan produksinya terus ditingkatkan. Diperkirakan kebutuhan protein pada tahun 2050 butuh tambahan sekitar 250 juta ton per tahun atau naik 50% dibandingkan hari ini. Hal tersebut karena  menurut PBB populasi global manusia diprediksi akan mencapai 9 milyar manusia pada 2050. Sektor pangan mencari solusi untuk defisit protein karena permintaan protein perkapita dan pertumbuhan populasi.Sedangkan pellet bahan bakar (wood pellet) dibutuhkan untuk menyelamatkan bumi dari perubahan iklim. Wood pellet sebagai bahan bakar carbon neutral membuatnya tidak menambah konsentrasi CO2 di atmosfer yang merupakan gas rumah kaca yang memanaskan suhu bumi. Program-program dekarbonisasi atau subtitusi bahan bakar fossil ke energi terbarukan khususnya bahan bakar biomasa atau wood pellet terus ditingkatkan di seluruh dunia, sebagai rujukan bisa baca disini dan disini. Kebun energi atau kebun legum akan bisa menjadi solusi masalah ini, lebih detail baca disini

 
Selain untuk produksi pellet (baik pellet bahan bakar maupun pellet pakan) dengan sedikit modifikasi yakni mengganti pelletiser dengan mesin briket maka juga bisa digunakan untuk produksi briket. Hal ini karena secara proses produksi hampir sama, teknologi keduanya adalah sama yakni kelompok teknologi pemadatan biomasa (biomass densification). Penggunaan briket ini juga untuk bahan bakar sama seperti wood pellet tetapi briket ini juga bisa diarangkan (karbonisasi) sehingga menjadi briket arang. Produksi briket arang dengan cara ini menghasilkan kualitas lebih baik dibanding produksi briket arang dengan bahan baku arang lalu ditambah perekat dan dicetak. Produk briket arang tersebut biasa di pasaran dikenal sebagai produk sawdust charcoal briquette, yang produksinya tidak membutuhkan perekat tambahan (binderless briquette). 

Kamis, 11 Agustus 2022

Pabrik Sawit Mini Solusi Memaksimalkan Pengolahan TBS

Diperkirakan sekitar 40% dari perkebunan sawit di Indonesia adalah milik rakyat, ini berarti dengan luas kebun sawit saat ini yang mencapai sekitar 15 juta hektar, perkebunan sawit rakyat mencapai sekitar 6 juta hektar dengan jumlah petani sawit sekitar 16 juta. Tentu jumlah yang tidak sedikit, sehingga apabila buah sawit yang dihasilkan dari kebun tersebut bisa diolah secara optimal akan meningkatkan produksi minyak sawit atau CPO nasional. Luas 6 juta hektar itu sendiri lebih luas dari perkebunan sawit Malaysia, yang merupakan produsen minyak kelapa sawit urutan kedua di dunia, setelah Indonesia.

Sejumlah produksi TBS dari perkebunan sawit rakyat banyak terkendala untuk menyuplai ke pabrik sawit terkait infrastruktur dan jarak. Hal tersebut membuat waktu lama bahkan terlambat untuk menyuplai ke pabrik sawit terdekat, sehingga membuat kualitas buah sawit menurun, otomatis juga minyak sawit yang dihasilkan. Kualitas rendah membuat harga TBS murah bahkan ditolak oleh pabrik sawit karena tidak memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan. Hal ini tentu merugikan petani sehingga perlu upaya untuk mengatasinya.

Pabrik kelapa sawit biasanya memiliki kapasitas antara 30 ton TBS/jam hingga 120 ton TBS/jam atau bisa dikatakan kapasitas rata-ratanya 60 ton TBS/jam. Pabrik sawit tersebut dimiliki oleh perusahaan sawit dan dengan kapasitas tersebut sangat besar bagi petani dengan luas perkebunan sawit terbatas. Pabrik sawit mini yang memiliki kapasitas 1 - 4 ton TBS/jam sepertinya akan cocok untuk petani sawit tersebut. Dengan kapasitas tersebut selain harganya lebih murah, membutuhkan lahan sempit dan teknik produksi lebih sederhana sehingga produksi TBS dari lokasi-lokasi terpencil bisa diolah dengan mudah.

Proses produksi minyak sawit juga bisa disederhanakan atau dipermudah sehingga bisa aman dan mudah dioperasikan, sebagai contoh pada pabrik besar yang menggunakan kukus tekanan tinggi (high pressure steam) bisa disederhanakan menjadi hanya menggunakan kukus tekanan rendah (low pressure steam). Pada pabrik besar high pressure steam digunakan untuk menggerakkan steam turbine yang terhubung dengan generator sehingga menghasilkan listrik untuk operasional pabrik sawit itu sendiri dan output steam dari steam turbine yang bertekanan rendah digunakan untuk sterilisasi TBS, sedangkan apabila pabrik mini dengan steam tekanan rendah atau atmospheris saja maka steam langsung digunakan untuk sterilisasi TBS, sedangkan listrik untuk operasional pabrik sawit mini berasal dari luar (eksternal). Dengan kapasitas mini tersebut kebutuhan listrik untuk operasional tersebut juga tidak besar.

Kualitas minyak sawit yang dihasilkan juga berkualitas tinggi karena kualitas bahan baku dan proses yang dilakukan. Performa alat yang baik juga membuat proses yang dilakukan sesuai kondisi operasi yang diinginkan. Dengan kapasitas pabrik sawit kecil juga otomatis volume produk yang dihasilkan juga kecil, sehingga untuk mencapai volume besar harus dikumpulkan dari sejumlah pabrik sawit mini tersebut. Dengan semakin banyak pabrik sawit mini tersebut dan tersebar di berbagai lokasi maka semakin sedikit TBS terbuang dan produk minyak sawit berkualitas bisa terjaga. Murah atau anjloknya harga TBS ditingkat petani juga bisa diatasi dengan pabrik sawit mini yang memiliki akses pasar yang baik untuk produk minyak sawitnya. 

Memaksimalkan Kecepatan Penyerapan CO2 dari Atmosfer Berbasis Biomasa

Memaksimalkan kecepatan penyerapan CO2 dari atmosfer adalah hal sangat penting mengingat kecepatan penambahan konsentrasi CO2 ke atmosfer ya...