Sabtu, 15 Juni 2024

Produksi Wood Pellet Kapasitas Besar Tidak Bisa di Pulau Jawa ?

Bahan baku adalah aspek vital pada suatu aktivitas produksi. Tidak ada bahan baku artinya tidak ada produksi. Demikian juga pada industri wood pellet. Ketersediaan bahan baku mutlak diperlukan untuk kesinambungan bisnis wood pellet tersebut. Untuk mempertahankan pasokan bahan baku tersebut pabrik wood pellet harus memiliki sumber-sumber bahan baku yang bisa diandalkan. Saat ini Sebagian besar atau bahkan semua pabrik wood pellet di pulau Jawa mengandalkan sumber bahan baku produksi wood pellet dari limbah-limbah kayu terutama serbuk gergaji (sawdust) yang berasal dari penggergajian kayu maupun industri-industri pengolahan kayu. 

Saat  ini PLTU-PLTU di Pulau Jawa sedang menjalankan program cofiring batubara dengan biomasa untuk mengurangi emisi karbondioksida atau dekarbonisasi. Penggunaan batubara pada PLTU-PLTU tersebut akan dikurangi sementara penggunaan energi terbarukan khususnya biomasa ditingkatkan porsinya. Biomasa yang digunakan untuk cofiring saat ini adalah serbuk gergaji (sawdust) tersebut dengan volume hingga ratusan ribu ton per tahunnya. Jumlah yang sangat besar. Pabrik-pabrik wood pellet yang menggunakan bahan baku sawdust harus berkompetisi dengan program cofiring di PLTU-PLTU tersebut. Kompetisi tersebut membuat harga sawdust meningkat karena suplai tetap tetapi permintaan bertambah. Gangguan suplai bahan baku di pabrik-pabrik wood pellet tersebut berakibat terjadinya gangguan produksi dan otomatis aspek bisnisnya. 

Dengan kondisi tersebut sehingga produksi wood pellet kapasitas besar di Pulau Jawa menjadi kurang menarik. Padahal porsi penggunaan biomasa khususnya sawdust tersebut akan terus ditingkatkan seiring program dekarbonisasi untuk mencapai net zero emission 2060. Hal yang semakin memberatkan pabrik wood pellet yang mengandalkan bahan baku dari membeli sawdust.  Pabrik wood pellet di Jawa bisa berjalan dengan baik apabila ketersediaan bahan baku bisa terus dipertahankan dan hal itu hanya bisa diwujudkan dengan dua hal, yakni pertama menggunakan bahan baku produksi sendiri, ini bisa dilakukan oleh industri-industri penggergajian dan pengolahan kayu yang memanfaatkan limbahnya sendiri untuk produksi wood pellet, dan yang kedua dengan sumber bahan baku dari kebun energi. Kebun energi yang khusus didedikasikan untuk produksi wood pellet tersebut akan mampu menjaga stabilitas pasokan bahan baku bagi pabrik wood pellet. Pabrik-pabrik wood pellet bisa bermitra dengan Perhutani untuk poin kedua di atas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belajar dari Kesuksesan Industri Wood Pellet di Asia (Vietnam) dan Eropa (Latvia)

Trend penggunaan wood pellet secara global belum lama yakni baru dimulai sekitar awal 2010an dan sejumlah negara meresponnya dengan cepat se...