Rabu, 04 Juni 2014

Mengapa Memilih Kebun Energi SRC Daripada Kebun Sawit ?



Sejumlah perkebunan sawit rakyat yang menghasilkan tandan buah segar (TBS) ternyata tidak mampu ditampung oleh pabrik kelapa sawit (PKS), artinya rasio jumlah pabrik tidak sebanding dengan banyaknya kebun sawit. Indonesia adalah produsen CPO terbesar di dunia dengan luas kebun sawit mencapai 10 juta hektar pada tahun 2013. Produktivitas tanaman sawit mencapai 27 ton/ha/tahun dengan yield minyak sawit sekitar 3,7 ton/ha/tahun, dengan mulai panen setelah berumur 4 tahun dan masa produktif sekitar 25 tahun. Dengan harga TBS rata-rata Rp 1800/kg untuk setiap hektarnya akan dihasilkan sekitar Rp 48 juta/tahun, sebuah pendapatan yang menjanjikan dari usaha perkebunan tentunya. Tetapi dengan tidak terolahnya buah sawit tersebut akibat tidak adanya pabrik tentu hal tersebut tidak akan memberikan keuntungan yang diinginkan. 


 


Kebun energi dengan tanaman trubusan atau SRC adalah alternatif bagi yang ingin mengembangkan usaha perkebunan dengan investasi yang tidak begitu besar. Tanaman trubusan seperti kaliandra dan gliricidae sangat mudah tumbuh, mudah perawatan, cepat panen, terus produktif selama sekitar 25 tahun  dan menyuburkan tanah. Peningkatan nilai tambah bisa dilakukan dengan tumpang sari misalnya dengan palawija. Lahan tidur maupun lahan marginal bisa diupayakan untuk kebun energi tanaman ini. Dengan produktivitas kayu rata-rata 20 ton/ha/tahun, dengan harga katakan Rp 400/kg maka akan didapat Rp 8 juta/tahun untuk setiap hektarnya,   memang secara keekonomian jauh dibawah sawit, tetapi dengan usia 1 tahun sudah bisa panen, biaya bibit dan perawatan yang juga sangat murah, maka hal tersebut bisa menjadi pertimbangan.





 Harga pabrik kelapa sawit modern dengan harga rata-rata Rp 4 M untuk tiap ton  TBS/jamnya. Dengan kapasitas pabrik sawit mengolah 45 ton TBS/jam maka dibutuhkan investasi Rp 180 M, jumlah investasi yang besar. Sedangkan untuk harga pabrik pellet kayu (woodpellet) kapasitas 3 ton/jam berkisar Rp 5 M sehingga menjadi lebih terjangkau. Analisa ekonomi pabrik kelapa sawit  dan pabrik wood pellet hampir sama, dengan rata-rata RoI (Return on Investment) 3,5 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...