Sampah
kota selalu bercampur dari sampah organik maupun sampah anorganik, sehingga
bisa diolah secara biologis maupun thermal (melibatkan panas). Proses biologis
selain memakan waktu lama juga membutuhkan tempat yang luas, sehingga pada
umumnya kurang disukai. Sedangkan pengolahan thermal banyak dipilih karena
proses cepat dan kebutuhan tempat juga tidak luas. Ada beberapa pengolahan
sampah secara thermal, yang paling sederhana yakni dengan membakarnya. Tetapi
pembakaran sampah menimbulkan masalah pada polusi udara hingga penanganan gas
buangnya yang juga tidak sederhana. Gas buang (flue gas) dari pembakaran sampah
kota banyak mengandung gas berbahaya seperti dioxin dan furan sehingga
treatmentnya mahal. Teknologi fluidized bed combustion adalah teknologi untuk
pengolahan sampah secara dibakar untuk kapasitas besar. Teknologi ini telah
banyak digunakan di seluruh dunia, tetapi selain harga unitnya mahal juga hanya
cocok untuk pengolahan sampah skala besar.
Teknologi
lain yang bisa menangani atau mengolah sampah tanpa pemilahan (sorting) kecuali
hanya logam dan kaca yakni hydrothermal carbonisation (HTC) atau wetcarbonisation. Selain itu kapasitas pengolahan untuk teknologi HTC juga bisa
untuk skala kecil. Sampah tersebut akan terkonversi menjadi arang, yang
kemudian bisa digunakan sebagai bahan bakar ataupun diolah lanjut. Setelah
menjadi arang maka selain penyimpanan dan penggunaan mudah, juga menjadi
material yang tidak bau dan stabil. Tangki bertekanan tinggi dan
berpengaduk itulah yang menjadikan teknologi ini masih relatif mahal.
Kelebihannya dengan teknologi HTC hampir semua sampah kota yang dihasilkan di
Indonesia bisa diolah.
Desentralisasi
Pengolahan Sampah
Dengan
pengolahan sampah terdesentralisasi maka sampah menjadi tidak menggunung dan
bau tidak tersebar kemana-mana baik sewaktu pengangkutan dan penimbunannya.
Sebagai contoh misalnya kompleks perumahan dengan 500 rumah bisa menggunakan
unit HTC kapasitas 10 ton/hari sampah. Konsep desentralisasi pengolahan sampah
membuat mudharat dari sampah bisa ditekan seminimal mungkin. Lebih khusus untuk
teknologi HTC maka sangat dimungkinkan dikelola berbasis komunitas tertentu,
khususnya kawasan elit dan berpenduduk padat, hal ini mengingat teknologi yang
relatif mahal dan penanganan sampah adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan
baik mengingat kondisi komunitas tersebut. Apabila komunitas tersebut bisa
melakukan pemilahan sampah yang mereka buang, maka teknologi pengolahannya bisa
lebih mudah dan murah, misalnya khusus sampah organik diolah dengan pirolisisuntuk dikonversi terutama menjadi arang, sampah plastik dipirolisis juga untuk
dikonversi terutama menjadi produk bahan bakar cair dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar