Minggu, 02 Juni 2019

Mencari Pasokan PKS dari Indonesia

Dengan jumlah pabrik kelapa sawit diperkirakan mencapai lebih dari 1000 unit dengan 12 juta hektar perkebunan sawit dan lebih dari 40 juta ton/tahun CPO, maka potensi PKS yang dihasilkan mencapai 15 juta ton/tahun. Dengan properties mirip dengan wood pellet dan harga jauh lebih murah, maka PKS menjadi primadona bahan bakar biomasa. Tetapi dengan lokasi pabrik kelapa sawit yang lokasinya sebagian besar sangat terpencil dan PKS masih dianggap sebagai limbah bagi pabrik kelapa sawit maka seringkali mendapatkan PKS tidak mudah. Faktor infrastruktur dan jauhnya jarak dengan pelabuhan export sering menjadi kendala. Hal tersebut membuat sebagian pabrik sawit hanya membuang atau menimbun PKS di lokasi sekitar pabrik mereka. Bagi pabrik kelapa sawit yang memiliki bisnis utama minyak sawit atau CPO, masih banyak pabrik sawit kurang memperhatikan PKS sebagai sumber penghasilan tambahan.
Jepang khususnya adalah konsumen PKS terbesar, disusul Korea dan beberapa negara Eropa. Kebutuhan mereka diperkirakan hingga jutaan ton setiap tahunnya. Export PKS ke Jepang dan Korea lebih mudah dan sering dilakukan karena jarak relatif dekat dibandingkan ke Eropa. Export PKS ke Jepang dan Korea biasanya sudah cukup ekonomis dengan volume 10.000 ton setiap pengapalan sedangkan untuk ke Eropa dengan jarak lebih jauh maka supaya tetap ekonomis volume pengapalan harus cukup besar misalnya lebih dari 25.000 ton setiap pengapalan. Diprediksi pada tahun 2021 atau 2022 kebutuhan PKS Jepang akan meningkat pesat dan kemudian relatif stabil untuk rentang 20 tahun ke depan. Hal ini karena pembangkit-pembangkit listrik biomasa sudah bisa dikatakan sepenuhnya beroperasi pada tahun tersebut. Rencana awal sebenarnya tahun 2019 pembangkit-pembangkit listrik biomasa tersebut bisa beroperasi, tetapi karena adanya sejumlah kendala sehingga mundur hingga tahun 2021 atau 2022. Untuk lebih detail tentang keterlambatan pembangunan pembangkit listrik di Jepang tersebut bisa dibaca disini.
PKS tersebut berasal dari pabrik sawit dan dikumpulkan di suatu tempat hingga mencapai volume tertentu sehingga siap dikapalkan. Supaya bisa diterima oleh pembangkit listrik, PKS dibersihkan dari sejumlah pengotor dan dikeringkan hingga kadar air dibawah 20%. Pembersihan dari pengotor tersebut dilakukan dengan alat ayakan dan pengeringan dilakukan hanya dijemur matahari ataupun diangin-anginkan. Selain itu untuk bisa menjaga kebersihan dan kekeringan PKS khususnya pada musim penghujan, bangunan seperti gudang besar serta lantai beton dibutuhkan. Bahkan tidak sedikit pembeli PKS dari Jepang mensyaratkan bangunan gudang besar dengan lantai beton tersebut sehingga kualitas PKS bisa terjaga.
Tipikal Circulating Fluidized Bed (CFB) di Jepang

Teknologi pembakaran fluidized bed untuk pembangkit listrik mulai banyak digunakan di Jepang. Dengan teknologi fluidized bed combustion tersebut PKS bisa digunakan sebagai bahan bakar bahkan biomass pellet yang berasal dari limbah pertanian juga bisa digunakan untuk teknologi tersebut. Teknologi fluidized bed combustion dengan suhu operasi lebih rendah dibandingkan pulverized combustion membuatnya lebih toleran terhadap berbagai jenis bahan bakar. Hal itu juga berarti EFB pellet (Pellet tankos sawit), dan wood pellet dari kebun energi bisa digunakan untuk bahan bakar fluidized bed combustion.


Pembangkit listrik biomasa yang mengandalkan PKS untuk rentang waktu 20 tahun tentu sangat memperhatikan keberlangsungan pasokan PKS dalam rentang tersebut. Setiap hal yang bisa mengganggu pasokan PKS baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang akan secara serius menjadi perhatian mereka. Sebagai contoh penggunaan PKS di dalam negeri juga ada kecenderungan meningkat yang bisa jadi peningkatan penggunaan biomasa sebagai bahan bakar maupun sektor lain seperti produksi activated carbon dari PKS. Pada kondisi tersebut tentu mereka akan membuat perhitungan terkait pasokan PKS dan pihak exporter PKS . Program ekstensifikasi perkebunan sawit juga dilain sisi akan semakin pasokan PKS karena pabrik sawit akan mengolah TBS dari kebun tersebut dan menghasilkan PKS sebagai limbah atau produk sampingnya.
Loading PKS untuk Export

Para pemain atau exporter PKS saat ini pada umumnya telah memiliki kontrak dengan pembeli Jepang baik untuk spot trading bahkan untuk kontrak yang lebih lama. Dan tidak sedikit para exporter tersebut telah kehabisan quota PKS untuk pembeli baru. Pada kondisi demikian pembeli baru harus bisa mencari supplier/exporter PKS lain. Supplier baru bisa jadi belum ada pengalaman export dan bahkan tidak memiliki sejumlah fasilitas untuk mengolah PKS, tetapi hanya memiliki jaringan dengan sejumlah pabrik sawit sebagai sumber atau produsen PKS. Kondisi tersebut membuat export PKS tidak bisa langsung dijalankan, tetapi membutuhkan sejumlah persiapan dari kedua belah pihak. Mengingat masih ada waktu 1-3 tahun lagi dari sekarang kedua belah pihak bisa menyiapkan bisnis tersebut mulai saat ini, sehingga bisnis jangka panjang tersebut bisa terlaksana dan sesuai harapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...