Rabu, 10 Oktober 2012

Mempertimbangkan Industri Wood Pellet dan Biomass Briquette Untuk Indonesia

Wood pellet lebih luas penggunaannya dibandingkan biomass briquette. Ukuran fisiknya lebih kecil (6-25 mm / cylindrical) dan tingkat kepadatannya juga lebih kecil (600-800 kg/m3) dibandingkan biomass briquette (screw type size 40-125 mm dan 1000-1400 kg/m3).
Comparison of different densification equipment (FAO) 1996
Woodpellet juga diproduksi dari pabrik ukuran kecil hingga ukuran besar atau massif, sedangkan biomass briquette hingga skala menengah saja. Sehingga hanya perusahaan-perusahaan besar (modal kuat) umumnya saja yang berinvestasi di industri wood pellet. Pasar wood pellet dari rumah tangga, industri kecil menengah hingga pembangkit listrik, sedangkan pasar biomass briquette berkisar dari rumah tangga hingaa industri kecil dan menengah saja.


Ditinjau dari bahan bakunya wood pellet dan biomass briquette menggunakan jenis biomasa yang sama yakni serbuk gergaji (sawdust) dari kayu atau dalam bentuk woodchip. Biomasa dari rumput-rumput juga tidak akan menghasilkan wood pellet dan biomass briquette dengan kualitas sebaik sawdustdari kayu diatas. Hal ini karena rumput-rumput banyak mengandung silika dan kandungan ligninnya rendah. Satu kelebihan biomass briquette (type piston/mechanical press) dibanding wood pellet adalah lebih fleksibel dalam hal bahan baku dimana ukuran partikel lebih besar dan kandungan air lebih tinggi masih bisa diterima untuk menghasilkan biomass briquette dengan kualitas baik. 

Bila kita tinjau lebih detail tidak semua bagian dari pohon memiliki kandungan unsur yang sama. Lebih khusus untuk aplikasi wood pellet dan biomass briquette karena untuk aplikasi thermal bahan yang mengandung banyak kalsium (Ca) yakni dibatang pohon menjadi pilihan utama.
Clasification of origin and source of woody biomass according CEN 
Sebagai negara tropis dengan besarnya luas wilayah, tanah yang subur dan keanekaragaman hayati yang tinggi maka sangat potensial untuk produksi wood pellet dan biomass briquette baik untuk konsumsi lokal maupun pasar luar negeri asalkan budidaya dan pengelolaan tumbuhan "kayu energi" tersebut secara berkesinambungan dengan memperhatikan kelestarian alam. Salah satu BUMN telah mencanangkan pabrik wood pellet dengan investor dari Korea dengan investasi 42 milyar rupiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...