Gambar diambil dari sini |
Pernyataan yang sering terdengar dari para pembuat alat
gasifier bahwa mereka mengklaim n bahwa semua jenis biomasa, beragam ukuran,
bentuk dan kadar air bisa diproses dengan gasifier buatannya yang bertipe
downdraft. Jelas ini sebuah pernyataan naïf yang mencerminkan ketidakpahaman akan teknologi
gasifier secara komprehensif, karena setiap bentuk biomasa memiliki masalah
yang unik sebelum terbukti bisa diatasi.
Mengapa gasifier dibuat bermacam-macam tipe seperti
downdraft, updraft, crossdraft, fluidized bed dan entrained flow? Salah satu
alasanya adalah untuk mampu menghandle berbagai tipe biomasa tersebut secara
optimal. Karakteristik biomasa tertentu hanya akan cocok dan optimum dengan
tipe gasifier tertentu begitu juga sebaliknya. Pada umumnya biomasa tersebut
bisa dikondisikan untuk mencapai prasyarat operasional optimum suatu tipe
gasifier. Sebagai contoh gasifier yang banyak digunakan selama perang dunia II
menggunakan balok katu keras berukuran 1x2x2 cm3. Sehingga hasil dari design
gasifier sangat tergantung dari spesifikasi bahan baku biomasanya. Parameter
dasar bahan baku biomasa untuk merancang gasifier antara lain sebagai berikut :
-Ukuran partikel dan bentuk
-Distibusi ukuran partikelnya
-Char durability dan fixed carbon content
-Ash fusion temperature
-Kadar abu
-Kadar air
-Nilai kalor
Masalah prinsip pada gasifier updraft adalah menghindari abu
yang meleleh (ash melting), sehingga akan menyumbat angsang (grate). Sedangkan
pada gasifier downdraft, char-ash bereaksi CO2 dan H2O, dan tidak berkontak
dengan oksigen sehingga karbon biasanya tidak habis seluruhnya. Hasilnya adalah
char-ash hitam dengan kandungan karbon 70% hingga 80%. Karbon ini memberikan tahanan yang bagus terhadap slagging. Tetapi
bagaimanapun juga biomasa dengan kandungan abu tinggi akan menyebabkan
terjadinya slagging, jika digunakan.
Sehingga pada pembakaran dan gasifier updraft biomasa
melalui tingkatan sebagai berikut :
Biomasa à
Charcoal à
Char-Ash à
Ash à
Slag
Sedangkan di gasifier downdraft proses ini akan berhenti
pada char-ash.
Biomasa pada umumnya memiliki bulk density dari setengah
hingga sepersepuluh dari batubara seperti terlihat pada table dibawah. Biomasa
dari asalnya umumnya akan terdiri dari berbagai ukuran yang tidak sesuai untuk
gasifikasi tumpukan tetap (fixed bed) seperti serbuk gergaji (sawdust), sander
dust, shredder fines, jerami dan sabut). Tetapi limbah biomasa tersebut bias digunakan
dalam gasifier fixed bed jika terlebih dahulu dipadatkan menjadi pellet atau briket. Hal tersebut menjadikannya bahan bakar yang excellent untuk gasifier
dan membuat bahan bakar tersebut disimpan dengan densitas (kepadatan) yang
tinggi.
Bulk density berbagai bahan bakar |
Sejumlah biomasa mengandung kandungan abu atau pengotor yang
tinggi sehingga menyulitkan untuk proses pemadatan/densifikasi (pelletisasi dan
pembriketan) karena menyebabkan keausan yang tinggi pada peralatan densifikasi
(terutama die) tersebut. Dan juga, proses densifikasi tersebut menambah biaya,
sehingga pada akhirnya perbandingan antara bahan bakar akhir dengan berbagai alternative
lainnya (seperti bahan bakar lain atau tipe gasifier lainnya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar