Sabtu, 26 Januari 2019

Eco-Tourism Dengan Perkebunan Sawit

"Orang-orang muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput (lahan), air dan api (energi)". (HR. Sunan Abu Daud)

Pangan, energi dan air atau FEW (food, energy, water) adalah masalah materi essential bagi kehidupan manusia. Generasi penerus dan anak-anak harus dikenalkan dan dipahamkan tentang hal ini. Diantara sekian banyak subyek atau mata pelajaran yang diajarkan di bangku sekolah, maka topik bahasan tentang FEW harus juga mendapat porsi yang cukup. Dalam level makro kita saksikan suatu negara dan bangsa tidak akan mandiri dan berdaulat jika tidak mampu mandiri dan berdaulat pada urusan FEW. Dengan dikenalkan sejak awal maka akan tertanam pemahaman yang benar tentang FEW baik bagi kehidupan biologis manusia hingga peran strategis dalam kancah percaturan dunia.

Indonesia adalah negara produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan luas perkebunan mencapai 12 juta hektar, produksi minyak sawit (baik CPO dan PKO) mencapai lebih 40 juta ton/tahun dengan lebih dari 1000 pabrik pengolahannya. Sebagai upaya menanamkan pemahaman FEW maka perkebunan sawit bisa digunakan sebagai sarana edukasi dengan dikemas menjadi eco-tourism perkebunan sawit. Daerah-daerah produsen minyak sawit bisa membuat eco-tourism tersebut. Lokasi perkebunan sawit yang mudah aksesnya, tinggi produktivitasnya, dirawat dengan baik, pemandangannya indah mungkin dengan adanya danau, air terjual dan sebagainya serta dilengkapi berbagai sarana dan prasarana penunjang akan sangat baik pembangunan eco-tourism tersebut.
Para pelajar di daerah non produksi sawit seperti di Jawa, Madura, Bali dan Nusa Tenggara masih banyak yang tidak mengenal pohon sawit walaupun setiap hari makan makanan yang digoreng menggunakan minyak sawit. Padahal di daerah-daerah tersebut sebagian besar penduduk Indonesia berada atau daerah-daerah padat penduduk. Apabila anak-anak dan generasi penerus tidak mengenal potensi bangsanya tentu ini sangat disayangkan. Diharapkan dengan mengunjungi obyek wisata berbasis lingkungan (eco-tourism) perkebunan sawit tersebut para pelajar dan generasi penerus menjadi terbuka matanya dan lebih peduli untuk memaksimalkannya. Dengan kunjungan ke obyek wisata tersebut mereka bisa menyaksikan bagaimana sawit ditanam, dirawat hingga terus bisa produksi serta tetap memperhatikan aspek lingkungan hingga industrialisasinya dan memberi keuntungan sehingga menjadi pilihan profesi bagi sebagian orang serta berkontribusi pada negara.
Eco-tourism kebun sawit juga sebagai media untuk melawan black campaign minyak sawit yang saat ini banyak dilakukan oleh negara-negara barat. Selain itu promosi minyak sawit juga bisa dilakukan di obyek wisata tersebut. Selain wisatawan domestik khususnya para pelajar, obyek wisata tersebut juga bisa menarik wisatawan dari mancanegara. Dengan pengelolaan wisata yang baik maka tujuan yang diharapkan bisa tercapai. Saat ini wisata halal (Halal Tourism / Islamic Tourism) juga sudah mulai dipromosikan, dan wisata berwawasan lingkungan kebun sawit bisa menjadi bagian wisata halal tersebut. Pengelolaan wisata berbasis Islam tidak hanya sebatas tujuan duniawi yang bersifat material, tetapi juga memberi berkah dan ridho Allah SWT yang berdimensi akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...