Kamis, 24 Januari 2019

Integrasi Peternakan Sapi dan Pabrik PKO

Pabrik PKO atau pabrik minyak inti sawit memiliki peluang lebih besar untuk mengintegrasikan peternakan khususnya sapi pada bidang usahanya. Hal tersebut karena pada produksi minyak inti sawit (PKO / palm kernel oil) dihasilkan produk samping berupa bungkil sawit atau PKE (palm kernel expeller) atau PKC (palm kernel cake) yang bisa digunakan untuk pakan sapi tersebut. Pabrik minyak inti sawit tidak perlu menjual bungkilnya tetapi memanfaatkan untuk keperluan internal yakni untuk peternakan sapinya. Sapi-sapi tersebut juga akan lebih baik apabila digembalakan dengan tambahan makanan berupa bungkil sawit tersebut. Bagi perusahaan sawit tentu bukan suatu masalah untuk menyediakan lahan penggembalaan untuk beberapa puluh atau beberapa ratus hektar, karena banyak perkebunan sawit yang mencapai ribuan hingga puluhan ribu hektar. Selain peternakan sapi, peternakan domba juga bisa dikembangkan bersama, karena sejumlah penelitian menunjukkan penggembalaan sapi dan domba menunjukkan hasil positif.

Pabrik PKO jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pabrik CPO. Banyak perusahaan sawit yang memiliki pabrik-pabrik CPO tetapi tidak memiliki pabrik PKO. Hal tersebut disebabkan antara lain rendahnya rendemen minyak inti sawit dibandingkan dibandingkan minyak sawit (CPO) dan penanganan produk minyak inti sawit juga lebih sulit dibandingkan CPO. Pabrik PKO menghasilkan produk samping berupa bungkil sawit sedangkan produk CPO tidak. Ketersediaan bungkil sawit untuk integrasi dengan peternakan sapi akan menjadi kelebihan tersendiri, karena faktor pakan adalah faktor vital bagi usaha peternakan. Pakan adalah komponen biaya tertinggi yang mencapai sekitar 70% pada usaha peternakan tersebut. Dengan adanya ketersediaan pakan yang lebih memadai dan dikombinasikan dengan penggembalaannya, maka produksi daging sapi dengan cara penggemukan di peternakan tersebut bisa dipercepat dan dioptimalkan. Rencana pemerintah Indonesia untuk mengimport daging kerbau dari India sebanyak 100.000 ton/tahun harus dibatalkan dengan mengusahakan peternakan sendiri. Peredaran daging haram yakni daging babi hutan yang menimbulkan keresahan masyarakat juga bisa diberantas apabila daging tersedia secara mencukupi.
Porsi Asupan Protein Menurut Al Qur'an
Program swasembada daging yang menjadi visi pemerintah Indonesia dalam sektor pangan hanya bisa tercapai bila pemerintah mendorong tercapainya hal tersebut secara sungguh-sungguh. Menggalakkan peternakan serta mempermudah jalur distribusi pemasarannya dengan berbagai kebijakan mendukung akan membuat program tersebut terlaksana dengan lancar. Tentu saja semua orang berakal sehat akan mendukung program positif tersebut apabila dilakukan dengan cara yang baik, bukan sekedar retorika dan pencitraaan saja. Protein adalah sumber pangan essential bagi tubuh manusia sehingga apabila kebutuhannya tidak terpenuhi akan menimbulkan masalah. Al Qur'an juga mengindikasikan sumber protein dari ternak besar menempati porsi terbesar dibanding unggas dan ikan. Sumber protein hewani yakni dari ternak besar terungkap dalam setidaknya 7 ayat atau 64%, dari ikan terungkap dalam 3 ayat atau 27% dan dari unggas terungkap dalam 1 ayat atau 9%. Sehingga untuk pemenuhan kebutuhan protein prioritasnya adalah dari ternak besar seperti sapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...