Luas kebun sawit di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Kebutuhan CPO maupun PKO terus meningkat sepanjang tahun. Hal tersebut seiring dengan semakin meningkatnya minyak makan (edible oil) dan juga energi dunia khususnya energi terbarukan. Perluasan kebun sawit banyak dilakukan dengan cara membuka hutan (land clearing), yang tentu saja harus legal atau mendapat ijin dari yang berwenang. Pembukaan hutan tersebut menghasilkan banyak kayu limbah yang seharusnya tidak terbuang percuma tetapi memberi keuntungan.
Para calon pengusaha sawit ataupun pengelola HTI juga berpikir keras untuk pemanfaatan kayu limbah menjadi produk yang menguntungkan. Hal itu selain jumlah kayu limbah tersebut banyak jumlahnya, juga mindset pengusaha untuk memaksimalkan keuntungan kalau bisa didapatkan dalam waktu singkat. Sebagai contoh misalnya setiap 1 hektar menghasilkan 50 ton limbah kayu, maka untuk 10.000 hektar akan dihasilkan 500.000 ton limbah kayu, suatu jumlah yang sangat banyak tentunya.
Salah satu pemanfaatan limbah kayu tersebut sehingga memberi keuntungan ekonomi adalah dengan produksi sawdust charcoal briquette. Sawdust charcoal briquette memiliki pasar yang masih sangat terbuka yakni untuk Turki, Timur Tengah dan Arab Saudi, untuk lebih detail bisa dibaca disini. Untuk menghasilkan produk sawdust charcoal briquette berkualitas tinggi maka faktor konsistensi bahan baku harus terpenuhi. Limbah kayu dari pembukaan hutan tersebut bisa dikelompokkan yakni jenis kayu lunak dan kayu keras. Selanjutnya untuk bahan baku sawdust charcoal briquette tersebut komposisi kayu lunak dengan kayu keras harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bisa tetap atau konsisten.
Listrik tersebut adalah hal vital untuk produksi sawdust charcoal briquette tersebut. Listrik dari PLN adalah mustahil untuk lokasi tersebut, sedangkan apabila dengan minyak diesel (solar) sebagai bahan bakar penggerak generator harganya mahal, yakni sekitar Rp 15.000,- untuk setiap liternya. Solusinya bisa dengan produksi listrik dengan limbah kayu itu sendiri. Hal itu berarti sebagian limbah kayu digunakan untuk produksi sawdust charcoal briquette dan sebagian untuk produksi listrik. Gasifier atau teknologi gasifikasi bisa digunakan untuk produksi listrik dari pengolahan limbah kayu hutan tersebut. Limbah kayu hutan dibuat chip dan digunakan untuk bahan bakar gasifier tersebut.
Dengan rata-rata setiap hektar menghasilkan kayu bulat diameter besar (lebih dari 30 cm) 300 m3 maka untuk setiap luas 1000 hektar akan dihasilkan kayu bulat (log) yang langsung bisa dijual khususnya untuk bahan baku industri perkayuan seperti plywood dsb yakni sebanyak 300.000 m3. Sedangkan kayu ukuran kecil dengan diameter kurang dari 30 cm setiap hektarnya akan dihasilkan sekitar 50 m3 atau setiap 1000 hektar menjadi 50.000 m3. Kayu-kayu berdiameter kecil ini sebagian besar hanya dibuang atau dibiarkan membusuk saja di dalam hutan, tentu saja hal ini sangat disayangkan. Produksi sawdust briquette maupun sawdust charcoal briquette bisa menjadi solusi jitu akan hal ini. Dengan rata-rata setiap hari pengelola HTI memanen atau menebang kayu seluas 4 hektar atau 100 hektar/bulan maka limbah kayu bulat diameter kecil basah (moisture content ~50%) yang dihasilkan sekitar 7.000 - 8.000 ton/bulan atau 5.000 m3/bulan.
Salah satu hal yang crucial pada produksi sawdust briquette ataupun sawdust charcoal briquette dari bahan baku batang kayu adalah pembuatan serbuk kayu yang ukuran partikelnya seperti sawdust untuk bahan baku pabrik briquette tersebut. Pemilihan mesin berkualitas (sawdust making machine) sehingga menghasilkan produksi serbuk kayu seukuran sawdust sesuai kebutuhan sangat penting karena ketersediaan bahan baku mutlak dibutuhkan untuk keberlangsungan suatu industri. Produksi sawdust briquette maupun sawdust charcoal briquette membutuhkan konsistensi bahan baku sehingga komposisi serbuk kayu bahan baku perlu dijaga. Penggunaan satu macam jenis kayu tentu lebih mudah dibandingkan penggunaan berbagai macam jenis kayu terkait menjaga konsistensi campuran komposisi bahan baku tersebut.
Lalu bagaimana untuk bisnis jangka panjang untuk sawdust charcoal briquette ? Apakah juga berarti selesai setelah kayu limbah pembukaan hutan tersebut habis? Tentu saja ada sejumlah hal bisa dilakukan untuk terus menjaga bisnis sawdust charcoal tersebut terus berlanjut. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan membuat kebun energi dari tanaman jenis rotasi cepat sebagai sumber bahan baku sawdust charcoal briquette tersebut. Tanaman rotasi cepat yang bisa ditanam sebagai contohnya adalah kaliandra, untuk penjelasan lebih detail bisa dibaca disini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar