Senin, 21 Januari 2019

Ternak Sapi Dengan Kebun Sawit Sudah, Ternak Domba Dengan Kebun Sawit ?

"Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. ” (QS 16:10)

Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.”(QS 20:54)

"Orang-orang muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput (lahan), air dan api (energi)". (HR. Sunan Abu Daud)
Minimnya produksi daging di Indonesia yang diindikasikan dengan tingginya rencana import daging yang mencapai 100.000 ton daging kerbau dari India adalah sesuatu yang disayangkan. Terlebih lagi seringnya terdengar berita tentang penyelundupan daging haram seperti daging babi hutan di sejumlah daerah. Hal ini mengingat begitu besarnya potensi peternakan yang bisa dikembangkan di Indonesia. Banyaknya perkebunan besar di Indonesia sangat potensial untuk diintegrasikan dengan peternakan, sebagai contoh perkebunan kelapa sawit yang mencapai luas 12 juta hektar dengan produksi minyak sawit (CPO dan PKO) mencapai lebih dari 40 juta ton/tahun. Dengan luasan tersebut tentu sangat banyak ternak bisa dikembangkan sebagai produsen utama daging. Sedangkan perkebunan-perkebunan lainnya juga potensial seperti perkebunan kelapa dengan luas 3,7 juta hektar, karet 2,5 juta hektar, sengon lebih dari 1 juta hektar dan sebagainya.

Peternakan sapi yang diintegrasikan dengan perkebunan sawit telah dilakukan di sejumlah tempat di Indonesia. Ini sesuatu hal yang baik dan perlu didukung. Optimalisasi peternakan sapi di perkebunan sawit bisa dilakukan yakni dengan menggunakan teknik penggembalaan yang baik. Apabila saat ini hampir semua masih menggunakan teknik penggembalaan kontinyu (continous grazing) yang kurang memperhatikan kualitas, kuantitas dan keberlangsungan padang rumput sebagai tempat penggembalaan ternak tersebut, maka upaya mengoptimalkannya bisa dilakukan dengan penggembalaan rotasi (rotation grazing). Dengan penggembalaan rotasi ini faktor kualitas, kuantitas dan keberlangsungan padang rumput sebagai sumber pakan ternak tersebut bisa dioptimalkan khususnya pada konversi menjadi daging.
Domba sebenarnya memiliki banyak keunggulan dibandingkan sapi antara lain bisa memakan hampir semua jenis rumput, penggemukan dan perkembangbiakkan cepat, mobilitas tinggi sehingga distribusi kotoran untuk pupuk padang rumput lebih merata, dan bulunya bisa untuk produksi wol. Dalam Islam domba juga memiliki banyak keutamaan dibandingkan sapi, lebih rinci bisa dibaca disini, bahkan semua Nabi dan Rasul pasti pernah menggembalakan domba yang hikmahnya bisa dibaca disini. Untuk itulah seharusnya peternakan domba juga harus digalakkan, khususnya di perkebunan-perkebunan besar seperti di perkebunan sawit. Selain untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, domba juga banyak dibutuhkan di negara-negara Timur Tengah khususnya Arab Saudi yang setiap tahun kurang lebih membutuhkan 2 juta ekor dengan seperempatnya pada musim haji. Bagi umat Islam dengan beternak domba juga bisa diniatkan untuk terus mendukung syariat Qurban yang dilaksanakan setiap 10 dzulhijah. Apabila rata-rata 1 ekor domba adalah 80 kg maka untuk mengeliminasi import 100.000 ton daging kerbau dibutuhkan 1,25 juta ekor domba pertahun. Dan apabila rata-rata berat sapi 300 kg dengan porsi 50% dipenuhi dari daging sapi maka kebutuhan sapi 166.667 ekor sapi dan 50% dari daging domba menjadi 625.000 ekor domba.
Integrasi peternakan domba dengan perkebunan sawit juga sangat mungkin dilakukan, bahkan dengan penggembalaan campuran (mixed grazing) dengan sapi juga akan lebih baik. Sejumlah penelitian penggembalaan campuran domba-sapi ternyata menghasilkan konversi daging lebih tinggi dibandingkan dengan penggembalaan domba saja maupun sapi saja. Bagi perkebunan sawit dengan integrasi peternakan tersebut juga akan mengurangi kebutuhan pupuk kimia non-subsidi yang selama ini menjadi menjadi pupuk utama dan memakan biaya tinggi. Kesimpulannya dengan menggunakan teknik penggembalaan yang baik dan juga pemilihan hewan ternak yang sesuai maka bisnis perkebunan sawit menjadi optimal, lebih menguntungkan dan yang tidak kalah penting yakni semakin ramah lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...