Senin, 28 September 2020

Pemanfaatan Limbah Kayu Land Clearing Untuk Produksi Arang Dan Briket

 

Land clearing banyak dilakukan terutama untuk pembuatan perkebunan baru, baik kebun untuk tanaman pangan maupun kebun atau hutan untuk produk kayu. Pembuatan perkebunan sawit dan hutan akasia adalah contohnya. Sebelum penanaman sawit atau akasia tersebut maka lokasi yang biasanya hutan alam dibersihkan dari vegetasi atau pepohonan sebelumnya. Hutan alam tentu saja memiliki jenis pepohonan yang sangat beragam baik dari jenisnya maupun usianya. Sejumlah pepohonan memiliki diameter yang besar sedangkan lainnya lebih kecil. Setelah dibersihkan dari pepohonan lamanya, selanjutnya tanahnya dikondisikan untuk peruntukkan perkebunan tersebut. 

Memang, pembuatan kebun atau hutan tersebut harus sesuai dengan peruntukan lahannya. Lahan-lahan yang merupakan hutan lindung atau hutan konservasi tentu saja tidak bisa digunakan untuk hutan produksi atau hutan tanaman industri (HTI). Hal tersebut tentu saja menyangkut faktor lingkungan berupa kelestarian lingkungan hidup, seperti hutan sebagai sumber mata air, mencegah bahaya tanah longsor, sebagai carbon sink dan sebagainya. Aktivitas ekonomi hutan produksi pun juga harus memperhatikan aspek lingkungan sehingga usaha yang dilakukan juga bisa berkelanjutan. Kayu misalnya sebagai sumber biomasa berbagai bahan baku industri, bisa dikatakan sebagai sumber terbarukan hanya jika dikelola dengan baik dan berkelanjutan.  

Sewaktu land clearing tersebut banyak sekali kayu yang hanya menjadi limbah. Kayu-kayu dengan diameter besar bisa dijual ke penggergajian-penggergajian kayu. Tetapi kayu-kayu berdiameter kecil seperti cabang dan ranting sebagian besar tidak termanfaatkan, padahal jumlahnya banyak. Solusi masalah tersebut kayu-kayu tersebut bisa diolah menjadi arang dan briket. Kayu-kayu batangan yang tidak laku dijual di penggergajian kayu bisa digunakan untuk produksi arang. Dengan teknologi yang baik produksi arang dengan kualitas tinggi bisa dilakukan, yakni dengan fixed carbon lebih dari 82%. Kuantitas produksi hingga 3000 ton/tahun arang juga sangat memungkinkan. Sedangkan kayu-kayu limbah berupa ranting lebih kecil atau potongan -potongan kayu bisa dimanfaatkan untuk produksi briket. Produksi briket lebih mudah dan juga lebih murah dibandingkan wood pellet. Hal lain yang membedakan briket dengan pellet terutama segmen pasarnya, untuk lebih detail bisa dibaca disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...