Cangkang sawit adalah bahan bakar biomasa yang menjadi pesaing utama wood pellet, karena kualitas atau spesifikasi memiliki banyak kemiripan. Sebelumnya cangkang sawit selalu lebih murah daripada wood pellet, bahkan dalam pasaran internasional beberapa waktu lalu harga cangkang sawit hanya sekitar separuh harga wood pellet. Tetapi saat ini harga cangkang sawit menyamai bahkan sedikit diatas wood pellet. Hal ini tentu saja akan membuat para pengguna akan beralih ke wood pellet karena kualitas lebih baik seperti kadar air rendah, nilai kalor lebih tinggi, ukuran dan bentuk seragam, serta umumnya kadar abu juga lebih rendah.
Ketika para pengguna berbondong-bondong beralih ke wood pellet, maka komoditas PKS untuk export akan semakin kecil porsinya bahkan bisa hilang sama sekali. Apalagi wood pellet dari Vietnam dan Rusia terkenal murah dengan kapasitas besar. Vietnam bahkan menjadi produsen wood pellet terbesar di Asia dengan produksi lebih dari 1 juta ton/tahun. Tentu saja kondisi ini sangat menyedihkan bagi para eksportir yang selama ini berbisnis dengan mengeksport cangkang sawit tersebut. Tingginya pajak dan pungutan sawit (levy) di Indonesia semakin menyulitkan para eksportir di Indonesia sedangkan di Malaysia hal tersebut tidak ada. Hal terpenting yang harus dilakukan adalah bisa menjaga harga PKS export tersebut sehingga cangkang sawit atau PKS tetap worth it dengan kualitasnya. Hal yang tidak mudah tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar