Rabu, 30 September 2020

Pemanfaatan Limbah Kayu Penyumbat Aliran Sungai Sebagai Bahan Bakar Biomasa

 Banyaknya sampah di aliran sungai tentu akan sangat mengganggu kelancaran aliran sungai tersebut. Sampah tersebut bisa menyebabkan bencana berupa banjir ketika aliran sungai tersebut tersumbat, sehingga luapan air akan menggenangi daerah sekitar sungai tersebut. Pembersihan aliran sungai dari sampah-sampah tersebut adalah hal penting dilakukan untuk mencegah bencana banjir tersebut. Limbah-limbah kayu bisa dipisahkan atau dipilah dari sampah penyumbat aliran sungai tersebut dan selanjutnya bisa diolah menjadi bahan bakar biomasa. Bahan bakar biomasa apa yang bisa diproduksi ? Hal tersebut bisa terkait dengan sejumlah hal seperti jenis limbah kayu yang tersedia, volume, pengguna dan jarak dengan pengguna. 


Wood chip adalah produk paling sederhana dari pengolahan limbah kayu tersebut yang bisa diproduksi jika jarak dengan pengguna tidak jauh. Wood chip memiliki bulk density yang rendah sehingga akan membuat biaya transportasi mahal untuk jarak jauh. Untuk bisa ekonomis pada jarak jauh maka limbah kayu tersebut harus diolah dengan teknologi pemadatan (densification) sehingga dihasilkan produk berupa pellet atau briquette. Pembriketan lebih direkomendasikan produksi pellet untuk pemanfaatan limbah kayu tersebut. Hal tersebut karena pembriketan secara teknis lebih mudah dan juga biaya produksi lebih murah. Pembriketan dengan teknolologi mechanical press akan menghasilkan briquette untuk kebutuhan industri seperti bahan bakar tungku dan boiler. Bahan bakar biomasa seperti limbah kayu tersebut pada dasarnya juga bahan bakar terbarukan dan ramah lingkungan, karena berasal dari tumbuh-tumbuhan atau pepohonan. 


Dengan pemanfaatan limbah-limbah kayu yang menyumbat aliran sungai tersebut maka aliran sungai menjadi lancar dan terhindar dari bencana banjir. Limbah-limbah lain bisa dipilah yang selanjutnya bisa didaur ulang, diolah lanjut ataupun hanya ditimbun. Tingginya pencemaran sungai juga berakibat tingginya pencemaran laut. Bahkan Indonesia mendapat peringkat no 2 di dunia dalam pencemaran plastik di laut. Tentu saja hal ini perlu dikurangi sehingga perairan kita menjadi bersih dari pencemaran. Memulai dari yang paling mudah dan sederhana seperti pemanfaatan limbah kayu tersebut sebagai bagian dari solusi mengatasi pencemaran tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...