Limbah padat berupa tandan kosong sawit atau tankos atau EFB-Empty Fruit Bunch jumlahnya sangat
melimpah di pabrik-pabrik sawit dan sampai hari ini umumnya belum diolah
apalagi dimanfaatkan secara optimal. Limbah tankos tersebut umumnya hanya
ditimbun di suatu tempat dan dibiarkan
terurai secara alami melalui proses biologi. Beberapa tempat telah
menggunakannya sebagai mulsa ataupun sebagai pupuk organik. Tetapi dibandingkan
jumlah yang dihasilkan, tankos yang diolah tersebut jumlahnya belum seberapa
begitu pula nilai tambahnya. Proses biologi tersebut juga berjalan lambat
sehingga diperlukan investasi besar untuk mengolah seluruh limbah tankos setiap
harinya apabila akan menggunakan proses tersebut. Pabrik sawit yang ramah lingkungan dan “zero waste” tentu mustahil tercapai.
Seiring akan kebutuhan energi yang terus meningkat setiap
waktu maka diversifikasi energi menjadi hal penting dan harus dilakukan. Rute
proses lebih pendek dan hasil yang segera bisa dimanfaatkan tentu menjadi
pilihan untuk pengolahan limbah tankos sawit tersebut. Teknologi pemadatan
biomasa berupa pembriketan menjadi pilihan menarik untuk diimplementasikan. Pembriketan adalah rute terpendek untuk mengolah limbah sawit khususnya secara komersial. Variabel
proses berupa ukuran briket, kadar air, ukuran partikel , kadar abu dan
investasi pabrik yang lebih longgar
daripada pemelletan menjadikannya rute tercepat pengolahan limbah tankos
tersebut. Walaupun penggunaan briket
tidak se-massif pellet tetapi kebutuhannya juga sangat besar. Sejumlah
perusahaan memproduksi briket dan lalu
briket tersebut digunakan sendiri untuk memproduksi listrik dengan teknologi
gasifikasi, pirolisis maupun pembakaran langsung. Teknologi gasifikasi, pirolisis maupun
pembakaran langsung juga mensyaratkan ukuran dan bentuk bahan baku tertentu
mendapatkan kinerja yang optimal.
Membuat bisnis sawit
yang berkelanjutan (sustainable
palm oil) dari hulu sampai hilir adalah keinginan hampir semua pengusaha
sawit. Ketika tanah perkebunan sawit membutuhkan nutrisi yang bisa disuplai
dari bagian tanaman sawit itu sendiri (tankos misalnya) tetapi bila dibawa
keluar tanpa ada yang masuk ke tanah
juga akan mengganggu kesuburan tanah perkebunan sawit tersebut pada jangka
panjang. Sehingga perlu strategi yang baik dan berkelanjutan untuk tetap terpeliharanya
bisnis sawit yang berkelanjutan. Pembriketan yang pada dasarnya adalah
pemadatan biomasa akan menghemat transport ke penggunanya sehingga apabila
briket tankos tersebut jika hendak digunakan sebagai pupuk kompos juga bisa
diurai lagi dengan proses biologi untuk dimasukkan ke tanah sehingga
keseimbangan kesuburan tanah juga bisa tetap terpelihara.