Jumat, 23 Mei 2014

Optimasi Kinerja Pelletiser



Carpet adalah lapisan tipis bahan yang dipress, yang berasa pada puncak permukaan die. Ketika bahan baku masuk pelletiser maka akan terdorong oleh roller dan membentuk carpet. Semakin banyak bahan dimasukkan ke pelletiser maka akan semakin menambah carpet. Carpet inilah kemudian yang ditekan ke lubang die dan menghasilkan pellet. Sehingga untuk material yang bisa membentuk pellet, awalnya harus bisa mementuk carpet. 

Semua produksi wood pellet adalah masalah mengurangi kebutuhan energi dan tingkat keausan peralatan sementara secara simultan meningkatkan kualitas pellet dan produktivitas. Hal ini mengapa produksi kualitas pellet membutuhkan skill tersendiri. Setting antara roller dan die dengan jarak tertentu yang biasa disebut roller gap itulah hal yang penting untuk maksud tujuan diatas. Karakteristik bahan baku berupa densitas dan kemampuan perekatannya adalah parameter lain yang perlu diperhatikan. Roller gap bisa diset pada jarak tertentu sehingga kinerja pelletiser akan optimal. Umumnya gap 1 mm adalah kondisi optimumnya, tetapi variasi gap bisa dicoba untuk kondisi spesifik bahan baku tertentu.





Pada lubang die kalau kita cermati lebih dalam, ternyata bentuk lubang juga tidak berupa silinder dari ujung ke pangkalnya. Kondisi demikian juga sengaja dirancang sehingga proses pemadatan (densifikasi) tersebut bisa optimal. Apabila bentuk ujung yang melebar pada bagian inlet die aus dan hilang maka kualitas pellet yang dihasilkan akan menurun bahkan tidak terbentuk pellet. Perbandingan panjang (L) dan diameter (D) pada lubang die yang sesuai karakteristik bahan baku juga akan menghasilkan kinerja yang optimal. Pemilihan material logam yang sesuai akan membuat proses pemelletan tersebut bisa dilakukan secara ekonomis. Kualitas logam dan pengerjaan logam untuk die tersebut membuat belum ada produsen dalam negeri yang membuatnya. Faktor lain berupa belum banyaknya produsen wood pellet di Indonesia kemungkinan juga menjadi faktor keengganan produsen dalam negeri untuk membuat die untuk wood pellet ini.Tetapi seiring kebutuhan wood pellet atau pellet fuel yang semakin meroket maka hal diatas adalah dimungkinkan.

Kamis, 22 Mei 2014

Melihat Lebih Dekat Wood Pellet


Ketika kita amati lebih dekat permukaan wood pellet maka akan terlihat permukaannya yang halus, licin dan mengkilap. Bahkan karena permukaannya halus, licin dan mengkilap tersebut ada orang yang mengatakan bahwa wood pellet tersebut dilapisi secara khusus (coating). Jelas pernyataan tersebut tidak berdasar apalagi didukung argument yang kuat. Produksi beberapa ton, puluhan hingga ratusan hingga ribuan ton setiap hari jelas menghasilkan jumlah satuan wood pellet yang sangat banyak. Bagaimana cara melapisinya ? Dan berapa banyak zat pelapis yang digunakan sehingga tetap ekonomis? Sama sekali orang tersebut tidak bisa memberi jawaban. 





Permukaan halus, licin dan mengkilap tersebut sebenarnya terjadi karena lignin dalam kayu yang cenderung menjadi resin sehingga bersifat plastis. Seandainya cetakan tersebut dipanjangkan dan suhunya ditambah, maka kondisi panas dan hampa udara dalam ruang berbentuk selongsong (shell) tersebut akan menyebabkan terjadinya pirolisis ditandai dengan kulit luarnya menjadi gelap karena terkarbonisasi. Hal ini akan Nampak lebih jelas pada proses produksi screw briquette, dimana pada bagian cetakan (die) juga dilengkapi pemanas sehingga kulit briquette tersebut terkarbonisasi. 

Komponen utama dari biomasa adalah senyawa selulose, hemiselulose dan lignin. Masing-masing senyawa tersebut memiliki suhu dekomposisi thermal yang berbeda-beda. Karbonisasi terjadi ketika senyawa lignin dalam biomasa tersebut terdekomposisi dengan suhu sekitar 400 C. Tabelnya terlihat seperti dibawah ini. 


Minggu, 11 Mei 2014

Subtitusi LPG Dengan Wood Pellet


Langka dan mahalnya gas LPG di sejumlah tempat sedangkan di sisi lain potensi bahan baku pellet dari limbah kayu dan biomasa lainnya melimpah, adalah merupakan  peluang yang belum banyak dilirik oleh banyak orang. Hampir semua limbah kayu dan biomasa bisa dijadikan pellet bahan bakar dengan nilai kalor yang tinggi. Apabila telah dicetak dalam bentuk pellet, maka penggunaannya menjadi lebih mudah, murah  dan aplikasinya luas. Mengapa saat ini belum banyak yang menggunakan pellet khususnya untuk dalam negeri atau lebih khusus untuk aplikasi rumah tangga? Hal ini karena belum banyak yang memproduksi pellet bahan bakar ini untuk konsumsi rumah tangga, karena umumnya sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan eksport. Sedangkan untuk industri dalam negeri sudah cukup banyak yang melakukan konversi bahan bakar ke pellet.



Dengan nilai kalor gas LPG sekitar 11.000 kkal/kg sedangkan wood pellet atau pellet bahan bakar memiliki nilai kalor sekitar 4000 kkal/kg, berarti satu kg LPG setara dengan dengan tiga kg pellet bahan bakar. Gas LPG subsidi saat ini harganya Rp 6000,-/kg, sedangkan pellet bahan bakar harga perkg-nya sekitar seperempatnya atau Rp 1500/kg. Hal ini sehingga akan menghemat sekitar 25% apabila melakukan subtitusi bahan bakar ke jenis bahan bakar ini. Kompor-kompor yang dirancang khusus mudah dan efisien dalam penggunaan akan membuat  penggunaan pellet meningkat pesat untuk rumah tangga. Baik skala rumah tangga maupun industri akan banyak melakukan penghematan apabila melakukan subtitusi tersebut.  Khusus untuk industri yang menggunakan bahan bakar non-subsidi penghematan akan lebih banyak lagi apabila menggunakan pellet bahan bakar ini.
 

Sumber bahan baku untuk produksi wood pellet khusus dari bahan biomasa berkayu seperti limbah kayu sengon, albasia dan sebagainya. Alternatif lainnya yakni dengan membuat kebun energi  atau hutan energi untuk menjamin ketersediaan dan keberlangsungan pasokan bahan baku. Sedangkan untuk pellet bahan bakar maka hampir semua limbah biomasa yakni limbah pertanian dan perkebunan bisa dimanfaatkan seperti tongkol dan batang jagung,  batang singkong, baggase, sekam padi, tandan kosong sawit dan sebagainya.

Sabtu, 03 Mei 2014

Bahan Bakar Alternatif Briket Arang Kayu Untuk Industri Kecil dan Menengah

Tingginya kebutuhan energi dan dilain sisi bahan bakar fossil juga mahal dengan kadang-kadang mengalami kelangkaan mendorong pemakaian bahan bakar alternatif dari biomasa. Limbah biomasa yang pada awalnya mencemari lingkungan pada dasarnya  adalah bahan baku potensial untuk energi terbarukan, ramah lingkungan, hemat biaya dan tidak merusak citarasa makanan, khususnya pada industri makanan.  Dari sisi bahan bakarnya karena berasal dari biomasa maka dikategorikan carbon neutral.

Briket arang dari serbuk gergaji dari kayu-kayu keras yang memiliki nilai kalor diatas 7000 kkal/kg dan kekerasan tinggi adalah arang superior untuk berbagai keperluan. Berikut berbagai aplikasi yang bisa memanfaatkan arang briket serbuk kayu-kayu keras tersebut.


1.       Industri Pengecoran Logam Alumunium
Logam alumunium (Al) memiliki titik lebur hanya sekitar 700 C atau lebih rendah daripada jenis logam lain seperti besi, baja dan sebagainya, sehingga membutuhkan spesifikasi bahan bakar dengan nilai kalor lebih rendah daripada pengecoran logam besi dan baja tersebut. Briket arang dari serbuk kayu keras bisa sebagai bahan bakar untuk pengecoran logam alumunium tersebut.


2.       Industri Peternakan Ayam
Ayam-ayam yang baru menetas sampai berumur 2 minggu (DOC = days old chicken) membutuhkan pemanas ruangan terus menerus dengan suhu terkontrol. Harga LPG yang semakin mahal mendorong banyak peternak beralih menggunakan bahan bakar alternatif  ini. Briket arang dengan waktu nyala yang lama dan suhu yang bisa dikontrol, menjadi alternatif yang menarik. Kontrol dilakukan dengan blower yang dilengkapi instrument pengatur valve input udara sehingga panas yang dimasukkan dalam kandang ayam bisa terkontrol.


3.       Restoran dan Katering
Memasak dalam jumlah banyak dengan durasi yang lama adalah karakteristik pada usaha restoran dan katering.  Briket arang ini sangat cocok untuk pola memasak seperti itu. Rumah tangga yang umumnya memasak jumlah sedikit dan durasi cepat tidak terlalu cocok untuk pemakaian briket arang ini. Panas yang tinggi, waktu nyala yang lama dan tidak merusak citarasa makanan adalah faktor utama keunggulan briket arang ini.  


4.       Warung Sate Kambing & Sate Sapi
Bahwa pemakaian briket arang ini tidak merusak citarasa makanan, akan benar-benar teruji pada warung sate kambing. Hal ini karena kontak langsung antara bahan bakar briket dengan sate kambingnya. Justru karena briket ini menghasilkan panas cukup tinggi posisi sate kambing harus dibuat agak jauh dari briket arang ketika membakarnya supaya tidak gosong (hangus). Sedangkan pada  sate ayam karena sangat cepat matangnya, maka akan cepat hangus, jadi tidak cocok.  



5.       Warung Angkringan
Warung yang identik dengan café “tiga ceret” (air putih, jahe dan teh) ini sangat menjamur diberbagai daerah khususnya dipulau Jawa. Berbagai menu lainnya seperti gorengan, sego kucing dan camilan juga umum disajikan di warung ini. Air untuk membuat minuman tersebut harus tetap panas sehingga dibutuhkan sumber panas yang awet dan menyala terus menerus. Pemakaian dengan briket arang ini lebih hemat daripada arang kayu biasa tetapi hanya membutuhkan kompor khusus yang dilengkapi semen tahan api. Pengalaman dengan tungku biasa (bahasa jawa : anglo, dari tanah liat) pecah dengan apabila dengan briket arang ini karena panasnya. 

Memaksimalkan Kecepatan Penyerapan CO2 dari Atmosfer Berbasis Biomasa

Memaksimalkan kecepatan penyerapan CO2 dari atmosfer adalah hal sangat penting mengingat kecepatan penambahan konsentrasi CO2 ke atmosfer ya...