Senin, 28 Agustus 2017

Briket Sekam Padi Mudah, Cepat Dan Bahan Baku Berlimpah

Faktanya Indonesia saat ini adalah net importer minyak bumi karena kapasitas produksi tidak mencukupi akan kebutuhan yang ada. Pada tahun 1980an produksi minyak kita sekitar 1.700 barrel per hari (BPH), sedangkan kebutuhan untuk konsumsi hanya sekitar 400an BPH. Sedangkan saat ini produksi tingkat dikisaran 800an BPH sementara kebutuhan kebutuhan konsumsinya bisa mencapai 1400an BPH. Hal ini seharusnya mendorong penggunaan berbagai energi terbarukan. Apalagi masalah ketahanan atau kedaulatan energi juga merupakan hal penting bagi eksistensi suatu negara. Apabila sumber energi tersebut mudah dan murah tersedia serta mudah juga dalam pemanfaatannya tentu menjadi pilihan tersendiri. Briket sekam padi (ricehusk briquette) walaupun jenis bahan bakar padat tetapi juga menjadi salah satu solusinya, karena makanan pokok kita dari beras yang menghasilkan limbah sekam padi. Sekam padi yang pada awalnya memiliki kepadatan (density) sekitar 125 kg/m3 bisa menjadi  1200 kg/m3 atau hampir dua kali lebih padat dari batang kayu keras dan juga jauh lebih padat daripada wood pellet yang berkisar 650 kg/m3. Dengan dibriketkan menjadi hemat biaya transportasi juga mudah dalam penggunaannya.
Produksi padi Indonesia tahun 2008 sebanyak 59,9 juta ton gabah kering giling (GKG), dengan rata-rata prosentase sekam padi 25% /ton padi maka akan didapat 15 juta ton/tahun. Indonesia juga merupakan importir tiga besar importir beras terbesar di dunia menurut IndexMundi tahun 2014 yakni mencapai 1.5 juta ton. Sementara Cina menempati urutan pertama dengan 3 juta ton, dan Nigeria 2,4 juta ton. Swasembada pangan yakni padi atau beras ini juga merupakan hal yang tidak kalah penting. Apabila swasembada beras dengan menambah produksi 1,5 juta ton maka limbah sekam padi yang dihasilkan juga banyak maka produksi briket sekam padi (ricehusk briquette) juga bisa ditingkatkan.

Proses produksi briket sekam padi (ricehusk) juga mudah apalagi dibandingkan briket serbuk gergaji (sawdust briquette). Hal ini karena sekam padi tidak perlu pengeringan dan bahan bakunya sudah homogen, sehingga setelah ditampung sementara dalam silo atau bin bisa langsung didistribusikan ke screw extruder untuk dibriketkan. Dengan kandungan lignin 17-19% dari sekam padi maka tidak dibutuhkan perekat tambahan pada pembriketan sekam padi. Briket tersebut selanjutnya didinginkan dan selanjutnya bisa dikemas untuk dikirim atau dipasarkan ke pengguna. Proses pengeringan selain menambah biaya produksi juga perlu investasi berupa alat pengeringan itu sendiri yang pada umumnya menggunakan rotary dryer (drum dryer). 

Penggunaan briket sekam padi (ricehusk briquette) juga sama seperti briket serbuk gergaji (sawdust briquette) yakni untuk bahan bakar. Industri-industri bisa menggunakan briket tersebut sebagai sumber panas seperti memasak dan produksi kukus (steam) dengan boiler. Dibandingkan dengan briket serbuk gergaji, briket sekam padi memiliki nilai kalor lebih rendah yakni berkisar 3500 kcal/kg dan juga kadar abu yang tinggi berkisar 20%, sehingga tipe ruang bakar (combustor) static grate tidak cocok, karena banyaknya abu tersebut yang membuat pori-pori grate menjadi buntu. Sedangkan ruang bakar moving grate (chain grate) cocok digunakan untuk briket sekam padi. Abu sekam padi banyak mengandung kalium (potassium) atau K yang sangat baik dikembalikan ke tanah sebagai pupuk. Silica juga bisa diekstrak abu briket sekam padi karena juga kandungannya cukup tinggi.
Aplikasi lain adalah untuk melapisi baja cair di pabrik baja untuk meningkatkan kandungan karbon dalam baja tersebut, tetapi dalam bentuk arang sekam padi. Untuk itu briket sekam padi selanjutnya diarangkan atau karbonisasi sehingga menjadi briket arang sekam padi (ricehusk charcoal briquette). Pengarangan (karbonisasi) briket sekam padi bisa dilakukan dalam tungku-tungku pengarangan yang dirancang secara khusus dengan setiap tungku biasanya mampu menampung sekitar 2,5 ton briket sekam padi dan tingkat konversi 20% ke arang dengan rentang waktu 10-14 hari. Apabila saat ini arang sekam tidak dibriketkan dan dikirim ke pabrik baja, tentu masalah transport menjadi tidak efisien, sehingga pembriketan adalah solusi hal tersebut. Selain itu tentu saja briket arang sekam (ricehusk charcoal briquette) padi tersebut juga bisa untuk memanggang daging, dan ikan seperti halnya briket arang serbuk gergaji (sawdust charcoal briquette).
InsyaAllah kami bisa menyediakan peralatan/mesin briket sekam padi termasuk tungku pengarangannya (jika dibutuhkan). Bagi yang berminat silahkan silahkan mengirim email ke eko.sbs@gmail.com





2 komentar:

Memaksimalkan Kecepatan Penyerapan CO2 dari Atmosfer Berbasis Biomasa

Memaksimalkan kecepatan penyerapan CO2 dari atmosfer adalah hal sangat penting mengingat kecepatan penambahan konsentrasi CO2 ke atmosfer ya...