Rabu, 18 Desember 2019

Menghidupkan Industri Kelapa Terpadu di Indonesia Bagian 2 : Produksi Gula Kelapa Dengan Energi Biomasa dari Kebun Energi


Kebutuhan energi selalu menjadi halangan bagi pengembangan suatu industri, tidak terkecuali industri kelapa terpadu. Pada bagian sebelumnya industri kelapa terpadu bisa dijalankan dengan memanfaatkan limbah sabut sebagai bahan bakar (baca disini), dengan produk utama dari buah kelapa itu sendiri. Alternatif lain dari industri kelapa terpadu adalah produksi gula kelapa, karena kebutuhan pemanis masih sangat besar. Sedangkan apabila buah kelapa untuk produksi minyak seperti minyak goreng saat ini masih kalah bersaing dengan minyak sawit yang berasal dari CPO, walupun minyak kelapa memiliki keunggulan tersendiri. Produksi gula kelapa menggunakan bahan baku nira kelapa, dan ketika nira kelapa diambil maka buah kelapa menjadi tidak dihasilkan dari pohon kelapa tersebut atau pohon kelapa menjadi tidak berbuah. Ketika produksi gula kelapa lebih menguntungkan maka produksi gula kelapa menjadi produk utama industri kelapa terpadu tersebut. 


Tahun 2016 Indonesia menjadi importer gula terbesar di dunia dengan nilai mencapai $2,1 milyar atau sekitar Rp 28,4 trilyun. Nilai import Indonesia ternyata lebih besar dari tiga negara pengimpor lainnya yang justru penduduknya lebih besar dibandingkan dengan Indonesia, yakni Amerika ($1,9 milyar), Cina ($1,2 milyar) dan India ($922 juta). Padahal di era penjajahan Indonesia pernah menjadi produsen dan exporter terbesar gula. Kebutuhan gula yang sangat besar tersebut seharusnya bisa disubtitusikan dengan gula kelapa yang dalam beberapa hal lebih baik dibandingkan gula tebu. Dalam industri makanan gula kelapa atau gula merah mempunyai kelebihan dibanding sumber pemanis lain seperti gula pasir dari tebu. Hal tersebut karena gula merah atau gula kelapa tersebut mengandung unsure-unsur lain seperti aroma dan sifat fisik yang khas yang pengaruhnya terhadap terhadap suatu produksi makanan tidak dapat digantikan oleh sumber pemanis lain. 

Penggunaan gula kelapa mulai dari bumbu dapur sampai berbagai jenis makanan dari rumah tangga, industri kecil hingga industri besar. Produksi gula kelapa Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 500.000 ton/tahun dan diperkirakan meningkat seiring potensi gula kelapa menggantikan kekurangan gula tebu yang sangat tinggi, seperti tersebut diatas. Bahkan sejumlah industri besar di Indonesia seperti Unilever, ABC, dan Indofood menaruh minat besar untuk pengembangan gula kelapa. Perusahaan-perusahaan tersebut yang juga merupakan produsen kecap besar ternyata membutuhkan gula kelapa untukproduksi kecap mereka yang diperkirakan mencapai 70 ribu ton/tahun.


Untuk kebutuhan energi produksi gula kelapa tersebut maka bisa dilakukan dengan menanam gliricidae diantara perkebunan kelapa atau sebagai tanaman sela. Gliricidae atau gamal adalah tanaman rotasi cepat yang bisa tumbuh dimana saja dan paling optimal di dataran rendah. Gliricidae atau gamal tersebut juga merupakan trubusan sehingga tidak perlu menanam lagi setelah dipanen kayunya. Dan karena gliricidae termasuk tanaman leguminocea (polong-polongan) maka akarnya bisa mengikat nitrogen dari atmosfer yang menyuburkan tanah dan daunnya yang juga kaya protein sehingga sangat bagus untuk peternakan seperti domba, kambing dan sapi. Praktek perkebunan kelapa dengan tanaman sela berupa gliricidae telah dilakukan di Sri Lanka dan industri kelapa berkembang baik di sana.  
Dengan pola perkebunan seperti di atas maka selain produksi gula kelapa bisa beroperasi karena sumber energi tersedia, juga sangat potensial dengan integrasi peternakan ruminansia di atas dan juga lebah madu. Ketika peternakan tersebut diintegrasikan maka terjadi potensi lahan bisa dioptimalkan dan kotoran dari peternakan bisa sebagai pupuk organik bagi perkebunan kelapa tersebut. Selain itu diantara pepohonan kelapa dan gliricidae tersebut, dengan adanya rerumputan diantaranya juga bisa digunakan untuk padang penggembalaan seperti domba, sapi atau keduanya. Rumput dari padang gembalaan bisa sebagai pakan pokok domba atau sapi tersebut dan daun gliricidae sebagai pakan tambahannya. Dengan paduan sejumlah usaha berbasis gula kelapa tersebut maka produksi gula kelapa tersebut bisa dilakukan dimana saja dan member keuntungan yang maksimal. InsyaAllah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memaksimalkan Kecepatan Penyerapan CO2 dari Atmosfer Berbasis Biomasa

Memaksimalkan kecepatan penyerapan CO2 dari atmosfer adalah hal sangat penting mengingat kecepatan penambahan konsentrasi CO2 ke atmosfer ya...