Kamis, 06 Oktober 2016

5F Project For The World!

Setidaknya ada 7F yang menjadi kebutuhan materi esensial manusia seluruh dunia, yakni Food, Fuel, Fiber, Fodder, Feedstock, Fertilizer, dan Favor. 7F tersebut menjadi tema berbagai pembicaraan hangat di seluruh dunia hari ini hingga terus diupayakan untuk mencari berbagai skenario untuk memecahkan masalah terkait 7F tersebut. Masalah pangan misalnya menurut WHO hampir 1/3 penduduk dunia atau kurang lebih 2 milyar manusia mengalami kelaparan, bahkan dalam FAO headline country report lebih tajam lagi, bahwa ada 60 juta orang”…go bed hungry every night…” di Asia Tenggara dan hampir sepertiganya di Indonesia atau mendekati 20 juta orang,  tentu ini masalah serius untuk segera dicari solusinya. Masalah kompleks tersebut karena melibatkan multidimensi kehidupan manusia.

Dalam tulisan ini setidaknya saya menawarkan skenario 5F yakni fuel (bahan bakar/energi), Food (pangan), Fodder (pakan ternak), Fiber (sandang) dan Fertilizer (pupuk) dengan mengoptimalkan potensi tanah atau lahan yang tersedia di Indonesia dan semoga bisa diimplementasikan dalam waktu tidak lama lagi.   Di Indonesia banyak sekali dijumpai tanah yang rusak atau tandus, gersang bahkan mati serta beberapa bahkan sudah mulai terjadi penggurunan (desertifikasi) akibat tidak dimanfaatkan dengan baik.   Tanah rusak atau tandus bahkan mati tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu apabila manusia ingin mendapatkan hasil pangan darinya. Lalu bagaimana memperbaiki bahkan menghidupkan tanah mati tersebut? Allah SWT memberi petunjuk dalam Al Quran surat Yaasiin (36) : 33,yakni menghidupkan tanah mati tersebut adalah dengan menggunakan tanaman jenis leguminocea (biji-bijian), hal ini ternyata sejalan dan didukung dengan berbagai penelitian ilmiah dan telah teruji dilapangan. Dalam Al Qur’an Surat Yaasiin (36) : 80 Allah SWT juga menyebutkan sumber energi dari pohon yang hijau, semakin menguatkan kayu dari tumbuhan hijau semacam kaliandra sebagai sumber energi seperti wood pellet.

Banyak sekali tanaman jenis legumiceae ini, yakni lebih dari 19.000 spesies sehingga harus dipilih mana yang paling cocok sesuai karakteristik daerah tersebut dan tujuan spesifik yang akan dicapai. Ketika tanaman jenis leguminocea ditanam di tanah mati tersebut maka dengan adanya air hujan akan tumbuh dan selanjutnya mengikat nitrogen (N) dari udara lalu nitrogen disimpan dalam bintil-bintil  akar tanaman tersebut sehingga menyuburkan tanah karena menjadi pupuk. Kaliandra adalah salah satu contoh tanaman leguminoceae tersebut. Ketika tanah rusak bahkan telah mati ingin diperbaiki dan mampu menghasilkan 5F (Fuel, Food, Fodder, Fiber dan Fertilizer) tersebut diatas, maka kaliandra bisa menjadi salah satu pilihannya. Kaliandra adalah tanaman rotasi cepat, yakni dalam waktu 1 tahun sudah bisa dipanen dan bisa tumbuh dari trubusannya tersebut hingga puluhan tahun sehingga tidak perlu replanting setiap tahunnya.

Ketika menanam kaliandra lalu ditempat tersebut digembalakan domba-domba yang memakan rumput-rumputan disela-sela tanaman kaliandra tersebut, lalu kayu hasil kebun kaliandra tersebut digunakan untuk produksi wood pellet (fuel), lalu daun-daun dari tanaman kaliandra tersebut digunakan untuk pakan sapi, kotoran sapinya digunakan produksi biogas, sisa produksi biogas tersebut akan menjadi pupuk organik, dan bulu-bulu domba menjadi bahan tekstil yang mahal. Kebun kaliandra tersebut juga akan menjadi subur karena domba-domba tersebut membuang kotorannya disana yang sekaligus menjadi pupuk kebun tersebut. Kotoran domba adalah pupuk yang sangat bagus, berikut komposisinya kimianya : Nitrogen (N) 2,03%; Phospor (P) 1,42%; Potassium (K) 1,61%; Calcium (Ca) 2,45%; Magnesium(Mg) 0,62%; Manganese (Mn) 0,49%; Iron (Fe) 2,19%; Copper (Cu) 0,02% dan Zinc (Zn) 0.22%. Jadi proses penyuburan tanah selain pengiktan nitrogen oleh akar juga akan semakin diakselerasi dengan kotoran domba tersebut. Dan setiap minimal 6 bulan sekali bulu domba-domba tersebut dicukur sehingga akan dihasilkan bulu domba sebagai bahan tektstil.  Pada panen kayunya daun-daun kaliandra dikumpulkan untuk pakan sapi, ketika daun-daun tersebut tersisa banyak maka bisa diolah lanjut seperti fermentasi sehingga untuk cadangan makanan masa depan ketika pasokan dari kebun terganggu ataupun bisa dikomersialisasi. Kayu tersebut kemudian diolah lebih lanjut menjadi wood pellet. Wood pellet memiliki pangsa pasar yang luas sebagai bahan bakar (fuel) atau energi. Dari aspek lingkungan neraca karbon juga akan memberi terhadapdampak yang baik bagi lingkungan karena bahan bakar biomasa adalah bahan bakar karbon netral.
     
Pola tanam kaliandra pada umumnya yakni 1 x 1m, sehingga cukup ruang diantaranya untuk pengembalaan domba, atau jenis penggembalaan ini adalah penggembalaan presisi. Padang untuk gembalaan domba dalam kebun kaliandra tersebut disekat-sekat untuk luasan tertentu tergantung pada faktor-faktor topografi lahan, akses jalan, sistem rotasi panen kayu dan radius penggembalaan terbaik. Untuk lahan ribuan hektar bisa dibuat banyak pos-pos atau unit-unit untuk penggembalaan domba-domba tersebut. Pola tersebut diatas akan membuat tanah atau lahan menjadi sangat produktif, dan tentu apabila ada banyak pihak yang melakukannya dengan baik maka krisis-krisis kebutuhan manusia akan bisa dihindari, apalagi ada jutaan hektar lahan atau tanah di Indonesia yang terbengkalai. Domba demikian juga sapinya tersebut nantinya dipasarkan kepada yang membutuhkan baik di dalam negeri maupun diluar negeri. Arab Saudi misalnya membutuhkan 8 juta ekor domba, dan ¼-nya dibutuhkan pada musim haji. Selain kapal pengangkut domba akan mendatangi peternak domba tersebut apabila mampu menyediakan 20.000 ekor setiap kali pengiriman (shipment).

Lantas bagaimana setelah tanah kembali subur? Tentu saja bisa digunakan untuk berbagai pohon yang lebih menguntungkan seperti pohon buah-buahan dan sebagainya. Pohon kaliandra dapat trubus dengan baik selama kurang lebih 20 tahun dan tanpa perlu penanaman ulang setiap tahunnya (replanting). Kita ambil 15 tahun misalnya, maka selama itu pula sejalan dengan lifetime mesin-mesin pabrik wood pellet pada umumnya. Sehingga praktis pada kurun waktu tersebut tanah terus produktif dengan berbagai hasil bumi dengan pengelolaan yang baik dan berkesinambungan (sustainable). Apabila setelah itupun terus digunakan untuk tanaman kaliandra juga hasilnya akan semakin maksimal karena pengelolaan yang baik tersebut. Tanaman kaliandra merupakan tanaman jenis perintis atau pioneer sehingga sangat cocok untuk perbaikan tanah rusak dan mati.

Bahwasannya muslim juga harus bersyirkah dalam pengelolaan lahan (padang rumput atau sumber makanan, air dan api (sumber energi), jelas adanya dalam petunjuk Nabi Muhammad SAW :”Orang-orang muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput, air dan api” (HR. Sunan Abu Daud). Pengelolaan air selalu membutuhkan lahan, pohon-pohon perlu lahan untuk tempat tumbuhnya agar dia bisa membantu menyerap air, mata air-mata air munculnya dipermukaan tanah, maka untuk bisa mengelola air kita harus juga memiliki akses untuk pengelolaan lahannya. Apa akibatnya jika sesama kita tidak mau bersyirkah? Sumber-sumber penghidupan yang utama kita berupa pangan, air dan energi akan dikelola orang lain dan umat menjadi tidak mandiri dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan utamanya. Ketika kita tidak mandiri dalam hal kebutuhan pokok, kita mudah diperdaya dalam berbagai urusan lainnya.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...