Sabtu, 29 Oktober 2016

Pengembangan Energi Berbasis Al Qur'an



Allah SWT mengisyaratkan dalam Al Qur'an Surat Yaasiin (36) : 80 dan Surat Waqi'ah (56) : 71-72 bahwa energi berasal dari pohon hijau. Dari sini sudah sangat jelas kemana arah pengembangan energi tersebut sehingga, yakni berasal dari pepohonan, sehingga tidak perlu bingung dengan sumber lainnya misalnya rerumputan, tanaman merambat, tanaman yang mengapung atau melayang di perairan dan sebagainya. Tentu banyak hikmah dan keunggulan tentang sumber energi dari pohon hijau karena Allah SWT Maha Pencipta, Penguasa, Pengatur dan Pemelihara alam semesta ini yang mengisyaratkan. Energi fossil yang kita gunakan saat ini juga berasal dari tumbuh-tumbuhan – jutaan tahun lalu. Petunjuk dari  Allah SWT yang  mengiringi masalah menanam pohon ini adalah masalah penggembalaan diantara pepohonan tersebut yakni dalam Al Qur'an Surat An-Nahl (16) : 10-11, A'basa (80) : 24-32 dan QS Thaahaa (20) : 54). Dalam Al Qur'an Surat Al An'am (6) : 143-144 diantara delapan delapan ekor hewan yang berpasangan (4 pasang) tersebut adalah dua ekor ( sepasang) domba, sepasang kambing, sepasang unta dan sepasang sapi dan domba disebutkan di urutan pertama, tentu domba ini memiliki keistimewaan tersendiri antara lain domba dipilih sebagai hewan qurban terbaik (QS Ash Shaaffaat (37):107) dan hewan yang digembalakan oleh seluruh nabi. Dengan menggembala diantara pohon kayu-kayuan tersebut maka peternakan domba menjadi murah karena memakan rumput-rumput yang ada diantara pohon-pohon tersebut, kotoran dari domba tersebut akan menyuburkan tanah tempat pohon-pohon itu ditanam berikut rumput yang menjadi makanan domba tersebut, pohon-pohon juga akan menyerap CO2 dan mengeluarkan O2 untuk bernafas manusia, akar pohon-pohon tersebut mencegah terjadinya erosi, menurunkan suhu permukaan bumi, membangun kembali ekosistem dan sebagainya. Penyerapan CO2 oleh pohon-pohon tersebut akan menurunkan konsentrasi CO2 di bumi, sebagai gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim, dan saat ini konsentrasi sudah melebih 400 ppm. Manusia dengan keterbatasan ilmunya sangat mungkin tidak mampu menangkap seluruh hikmah yang terkandung dari ayat-ayat Allah tersebut.       


Untuk energi, ranking kita hanya berada pada urutan 63 dari 124 negara menurut World Economic
Forum.  Hal yang tidak menggembirakan dan ini artinya menuntut upaya keras juga dari berbagai pihak untuk bisa mencapai kecukupan energi yang memadai. Pada tahun 1980-an produksi minyak kita diangka sekitar 1700 Barrel Per Hari (BPH) sedangkan konsumsi hanya berada di kisaran 400 BPH, sedangkan saat ini produksi minyak dikisaran 800 BPH sementara konsumsi 1400-an BPH. Indonesia menjadi nett importer minyak dengan volume sekitar 600 BPH. Sangat besar, sehingga dalam waktu tidak lama lagi volume yang produksi akan menyamai volume import-nya, hingga akhirnya bisa jadi seluruh kebutuhan minyak berasal dari import. Diprediksi sekitar 10 tahun lagi Indonesia akan kehabisan jenis energi ini sehingga harus membeli (import) dari nengeri-negeri exportir minyak. Bisa saja pada tahun-tahun mendatang tersebut Indonesia akan membeli seluruh kebutuhan minyaknya, tetapi perlu diingat juga seiring peningkatan jumlah penduduk negara-negara exportir minyak tersebut juga akan membutuhkan minyak lebih banyak sehingga sehingga digunakan untuk konsumsi dalam negerinya, dan bisa jadi tidak bisa diexport ke negara lain. Gas bumi Indonesia diperkirakan akan habis dalam rentang 30-an tahun dan batubara 80-an tahun dari sekarang. Apakah kita akan terus menguras sumber daya alam seperti yang dilakukan saat ini hingga akhirnya menjadi kelimpungan karena tidak memiliki sumber energi yang memadai ? Sementara di sisi lain ratusan juta hektar lahan terbengkalai, tidak dimanfaatkan dan hanya menyimpan potensi bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Apakah kita akan mewariskan berbagai kerusakan alam untuk anak cucu kita? Tentu jawabnya tidak. Tetapi bagaimana solusinya? Solusinya adalah kembali kepada petunjuk Allah SWT melalui ayat-ayat Al Qur'an diatas.      

Berdasarkan wujudnya energi atau bahan bakar dikelompokkan menjadi 3, yakni padat, cair dan gas. Ketiga macam jenis energi tersebut dapat dihasilkan dari pohon hijau tersebut. Energi wujud padat atau bahan bakar padat, jelas berasal dari kayunya yang juga bisa diolah menjadi lebih efisien dalam transportasi dan penggunaannya dengan menjadi pellet kayu (wood pellet) dan briquette (wood briquette). Wood briquette (sawdust briquette) ini selanjutnya juga bisa diarangkan (karbonisasi) menjadi briket arang (sawdust charcoal briquette). Kebutuhan sawdust charcoal briquette semakin meningkat dari tahun ke tahun terutama di Arab Saudi dan Timur Tengah seiring kebutuhan/konsumsi domba yang besar disana. Bahan bakar cair seperti bioetanol bisa didapat dari fermentasi buah-buahan maupun tanaman yang kaya kandungan gula. Kayu-kayuan dengan proses pyrolysis juga akan dihasilkan bahan bakar cair berupa bio-oil, disamping bahan bakar gas yang kaya metana dan arang. Bahan bakar cair lainnya didapat dengan mengekstraksi minyak dari buah-buahan yang dihasilkan seperti minyak sawit, minyak kelapa dan minyak zaitun yang selanjutnya bisa dijadikan biodiesel.  Sedangkan bahan bakar gas bisa didapatkan dengan mengolah limbah-limbah organik dari proses pengolahan buah-buahan tersebut dengan cara fermentasi (rute biologi) sehingga terbentuk biogas yang kaya gas metana, contoh : produksi biogas dari limbah cair pabrik sawit atau pome (palm oil mill effluent). Kayu-kayuan juga bisa menghasilkan gas dengan teknologi terutama gasifikasi (rute thermal). Gas-gas tersebut baik dari rute thermal maupun rute biologi selain menjadi bahan bakar juga bisa diolah menjadi produk-produk yang berguna bagi kehidupan manusia seperti bioplastik dan sebagainya.




Teknologi pemadatan (densification) menjadi wood pellet dan wood briquette adalah skema atau rute termudah dalam pengolahan kayu-kayuan dan kebutuhannya saat ini  dan masa mendatang juga sangat besar. Saat ini juga sudah mulai bermunculan produsen-produsen wood pellet dan wood briquette di berbagai daerah di Indonesia. Pada umumnya produksi dua komoditas diatas masih menggunakan limbah-limbah kayu sebagai bahan bakunya yang persediaannya terbatas. Tandan kosong sawit adalah limbah padat pabrik sawit yang saat ini belum banyak diolah. Sebagai produsen CPO terbesar di dunia dengan luas kebun sawit hampir 11 juta hektar dan 600 pabrik kelapa sawit, maka limbah tandan kosong sawit tersebut juga sangat berlimpah. 

Pembuatan kebun energi adalah cara terbaik untuk mendapatkan bahan baku. Apalagi kebun energi tersebut juga ditambah aktivitas penggembalaan domba dan penggemukan sapi, seperti yang diuraikan dalam link 5F Project ForThe World!. Kaliandra sebagai jenis tanaman legum dan bisa panen dengan cepat dengan produktivitas kayu tinggi serta bisa trubus/tumbuh lagi sehingga bisa dipanen terus menerus setiap tahunnya tanpa perlu penanaman kembali (replanting) hingga puluhan tahun sangat cocok untuk dijadikan pohon kebun energi tersebut. Perkebunan luas dengan tanaman sejenis (monokultur) akan membuat tanaman tersebut rentan terhadap serangan penyakit. Pohon buah-buahan ataupun pohon-pohon kayu keras baik dijadikan selingan dari kebun energi kaliandra tersebut. Hasil panen berupa kayu kaliandra tersebut bisa diolah menjadi wood pellet untuk mencukupi kebutuhan energi dalam negeri maupun di eksport. Pasar eksport wood pellet sangat besar karena sejumlah negara baik di Asia maupun Eropa telah mendorong pemakaian energi dari biomasa khususnya wood pellet.  

Pada akhirnya dengan motivasi atau dorongan dari Al Qur'an tersebut ditambah dengan hadist Nabi SAW tentang syirkah semestinya setiap muslim semakin terdorong untuk mengimplementasikan petunjuk tersebut. Aspek ekonomi atau keuntungan financial sebagai motivasi utama berusaha tentu juga akan didapat selain yang utama yakni keberkahan.  Hanya dengan petunjuk-petunjuk tersebut pengelolaan alam akan bisa terus berkesinambungan (sustainable) dan memberikan manfaat yang optimal bagi seluruh manusia. Secara spesifik untuk energi atau bahan bakar dari biomasa kayu-kayuan bisa dimulai dari pembuatan kebun kaliandra dan selanjutnya diolah untuk produksi wood pellet, untuk selanjutnya mengisi pasar yang sudah siap seperti di negara-negara Eropa, Korea, Jepang dan sebagainya, dan sambil mengedukasi/menyiapkan pasar dalam negeri.  Potensi yang kedua yang juga sangat berlimpah tetapi belum banyak dimanfaatkan saat ini adalah tandan kosong sawit, untuk dibuat pellet tankos (EFB pellet).

2 komentar:

  1. Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuh..
    Mas boleh minta nomor WA nya

    BalasHapus
  2. Waalaikumsalam Wr Wb
    WA saya tidak aktif, silahkan kirim email ke eko.sbs@gmail.com

    BalasHapus

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...