Senin, 10 Oktober 2016

Mendongkrak Produksi Pisang Dengan Limbah Batang Pisangnya

Pisang adalah tanaman tropis yang bahkan berasal dari kawasan Asia Tenggara. Peminatnya terus meningkat dari waktu ke waktu. Lebih dari 50% import pisang dunia didominasi oleh Amerika dan negara-negara Eropa. Bahkan di Amerika popularitas pisang mengalahkan buah asli negeri itu seperti anggur dan jeruk.  Harga pisang juga mengalami kenaikan seiring tingginya permintaan tersebut, yakni lebih dari 10 kali lipat dalam 20 tahun terakhir.
 
Indonesia di sisi lain memiliki potensi yang luar biasa untuk menjadi produsen pisang terbesar di dunia antara lain karena ketersediaan dan suburan tanahnya, ketersediaan air dan sinar matahari sepanjang waktu. Sayangnya di Indonesia masih juga mengimpor pisang dalam jumlah besar, yakni setara 10 ribu hektar perkebunan pisang.  Tentu dibuahkan perjuangan panjang dan penuh kesabaran untuk mencapai ‘swasembada’ pisang apalagi menjadi produsen pisang terbesar di dunia dan selanjutnya diikuti swasembada buah-buahan lainnya.

Produktivitas perkebunan pisang di Indonesia juga pada umumnya rendah, hal ini terutama karena ketrampilan bertani yang rendah dan pengelolaan yang ala kadarnya. Produktivitas pisang di Indonesia hanya berkisar 15 ton/hektar/tahun, lebih jelasnya lihat tabel dibawah. Rute tercepat untuk menangkap peluang tersebut adalah dengan segera menjadi produsen pisang tersebut.  

Pada saat panen buah pisang, pohon pisang tersebut akan menjadi limbah. Pada perkebunan intensif dengan kita ambil rata-rata ada 3.000 pohon setiap hektarnya, maka minimal ada 3.000 batang pisang yang menjadi limbah.  Berat pohon pisang dewasa kurang lebih 40 kg dengan kadar  60% setelah dikeringkan dengan kadar air 10% (kering) beratnya menjadi 15 kg atau 1 hektar beratnya  45.000 kg (45 ton) kering. Salah satu pemanfaatan atau pengolahan pohon pisang tersebut yang bertujuan untuk mendongkrak atau menggenjot produktivitas buah pisang itu sendiri adalah mengolahnya menjadi arang (biochar). Kenapa menjadi biochar? Dan bagaimana mengolahnya karena pohon pisang juga banyak airnya?

Biochar atau arang pertanian terutama akan menjadi rumah bagi mikroorganisme tanah dan menahan pupuk atau nutrisi tanaman tersebut sehingga tidak larut dan hanyut terbawa air. Hal ini karena biochar memiliki pori-pori atau rongga-rongga ukuran mikro yang sangat banyak atau ibaratnya seperti spon. Pertanian organik cocok dan sejalan dengan penggunaan biochar tersebut karena pupuk-pupuk kimia cenderung akan menghambat dan mematikan pertumbuhan microorganisme tanah tersebut. Proses produksi biochar dengan pirolisis atau karbonisasi juga masih mempertahankan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman seperti kalium, kalsium, phosphor dan sebagainya.


Pohon pisang yang basah karena tingginya kandungan air selanjutnya dikecilkan ukurannya dengan alat chipper, setelah ukurannya cukup kecil lalu diturunkan kandungan airnya atau dikeringkan dengan mesin press mekanik dengan screw press sehingga prosesnya juga bisa kontinyu. Pengeringan selanjutnya yakni dengan mesin pengering kontinyu seperti drum dryer. Hasil chip pohon pisang yang sudah kering tersebut selanjutnya bisa diumpankan ke reaktor karbonisasi (pyrolysis) ataupun dilewatkan hammer mill terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke reaktor karbonisasi tersebut. Output dari reaktor karbonisasi (pyrolysis) tersebut sama-sama arang, hanya bedanya ukurannya saja. Alat atau teknologi pirolisis tertentu akan lebih cocok dengan jenis ukuran bahan baku salah satunya. Berdasarkan perhitungan diatas dengan konversi 30% maka setiap hektarnya akan menghasilkan 15,000 kg (15 ton) biochar. Penggunaan arang dalam bentuk serbuk pada umumnya lebih baik karena memiliki luas permukaan (surface area) lebih besar sehingga kemampuan berkontak dengan pupuk ataupun mikroorganisme lebih besar juga.    


    


Biochar yang ada didalam tanah akan mampu bertahan hingga ratusan tahun didalam tersebut dan memiliki efek yang baik bagi tanah dan keberlanjutan pertanian itu sendiri. Ketika tanah telah memiliki kadar karbon atau C dari biochar tersebut kurang lebih 30% maka tanah tersebut tidak perlu ditambahkan biochar lagi.  Penggunaan biochar yang memadai akan mampu meningkatkan produktivitas panen hingga 50%. Selain itu ketika usaha pertanian dengan meminimalisir limbah bahkan zero waste tentu akan berdampak positif pula bagi lingkungan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...