Senin, 17 Oktober 2016

Sawdust Charcoal Briquette dan Konsumsi Domba Di Arab Saudi dan Timur Tengah


Konsumsi domba khususnya di Arab Saudi setiap tahunnya berkisar 8 juta ekor, dengan ¼-nya di saat musim haji. Negara-negara pengeksport domba ke Arab Saudi saat ini terutama dari tiga negara Afrika, yakni Somalia, Sudan dan Djibouti. Negara-negara di Afrika tersebut kering dan kurang subur dibanding Indonesia, tetapi dengan cara menggembala domba-domba tersebut di padang-padang  rumput yang tersedia, membuat produksi domba disana melimpah. Indonesia dengan kesuburan dan luasnya hamparan tanahnya sudah sepantasnya bisa menjadi negara exportir domba terbesar. Dengan meningkatkan efektivitas dan efisiensi lahan serta yang paling penting mindset bahwa sangat besar potensi Indonesia yang mendukung ke arah tersebut maka insyaAllah hal tersebut menjadi sangat mungkin diwujudkan.


Daging domba dengan diolah dengan dipanggang adalah masakan favorit di Arab Saudi dan Timur Tengah. Kebutuhan sawdust charcoal briquette yakni briket arang dari serbuk gergaji melonjak terus meningkat seiring tingginya konsumsi daging domba di Arab Saudi dan Timur Tengah. Sebagian besar produksi sawdust charcoal briquette berasal dari Indonesia, dan seiring kebutuhan yang semakin meningkat banyak pabrik-pabrik sawdust charcoal briquette dibangun untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Para pembeli berebut untuk bisa mendapat produk ini karena tingginya permintaan. Saat ini hampir semua pabrik-pabrik sawdust charcoal briquette menggunakan serbuk gergaji ataupun limbah-limbah kayu sebagai bahan bakunya. Daerah-daerah yang kaya bahan baku sangat potensial untuk mengembangkan komoditas ini mengingat tingginya kebutuhan.



Produk sawdust charcoal briquette memiliki berbagai kelebihan dibandingkan arang kayu biasa antara lain lebih padat, bentuk dan ukuran seragam, kualitas arangnya dan nyala api lebih lama. Bentuk yang padat dengan bentuk dan ukuran seragam inilah yang membuat mudah dikemas dan ekonomis dalam transportasi.  Proses produksinya secara sederhana setelah bahan baku tersebut dibriketkan lalu di arangkan (karbonisasi batch) selama beberapa hari. Produk arang selanjutnya diambil dan dipilah berdasarkan grade kualitasnya, untuk selanjutnya dikemas dan siap diexport. Ketika bahan baku berupa serbuk gergajian dan limbah-limbah kayu masih tersedia, maka produksi sawdust charcoal briquette bisa terus berjalan. Sedangkan apabila ketersediaan bahan baku tersebut diatas mengalami kelangkaan sebaiknya diupayakan mencari bahan baku lainnya, misalnya dengan membuat kebun kaliandraKaliandra adalah tanaman rotasi cepat, yang hanya butuh sekitar 1 tahun panen sehingga keberlangsungan pasokan bahan baku tidak terganggu. Grade-grade atau pengelompokan kualitas sawdust charcoal briquette seperti gambar dibawah ini :

Grade A : Panjang lebih dari 10 cm dan halus (tidak retak)


Grade B : Panjang lebih dari 10 cm dengan sedikit retak
Grade C : Panjang 5-10 cm dengan permukaan halus atau retakan kecil

Grade D : Panjang 5-10 cm dengan permukaan kasar dan retakan sedang


Grade E (Reject) : Panjang rata-rata kurang dari 5 cm, permukaan kasar dan banyak retakan sehingga rapuh



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...