Minggu, 01 September 2019

Krisis Air, Bioeconomy dan Perubahan Iklim

Krisis air adalah bagian dari bencana lingkungan yang sangat mempengaruhi kehidupan semua makhluk hidup termasuk manusia. Bencana-bencana lingkungan seperti krisis air juga ada penyebabnya. Penyebab utama hal tersebut akibat kerusakan lingkungan akibat ulah tangan-tangan manusia. Apabila lingkungan tidak dijaga keseimbangannya maka terjadilah sejumlah bencana-bencana tersebut. Korban dari bencana tersebut juga tidak hanya menimpa pelaku pengrusakan lingkungan tetapi juga masyarakat lainnya. Penggundulan hutan sehingga tanah menjadi tandus dan gersang adalah penyebab utama krisis air tersebut. Pada musim kemarau berakibat krisis air dan pada musim penghujan berpotensi banjir dan tanah longsor. Penggundulan hutan maupun penebangan illegal pada umumnya sangat berkaitan dengan kepentingan ekonomi dan mengabaikan aspek lingkungan.

Saat musim kemarau seperti saat ini, banyak kita temui daerah-daerah yang kekeringan bahkan sejumlah daerah terjadi kebakaran hutan. Secara lebih teknis dan detail kekeringan tersebut menyebabkan debit pasokan air bersih dari sumber air menurun, level air danau atau waduk tempat penampungan air menurun, sumur-sumur mengering demikian juga sungai-sungai. Sejumlah daerah bahkan terjadi penurunan supply dan level air yang sangat mencolok. Tidak ada satupun makhluk hidup yang bisa hidup tanpa air, karena air adalah kebutuhan vital bagi makhluk hidup, bahkan dalam Al Qur'an dijelaskan bahwa Allah SWT menciptakan makhluk hidup dari air (QS Al-Anbiya, ayat 30), tubuh manusia sendiri 70% adalah air.


Begitu banyak lahan-lahan kritis, lahan-lahan marjinal, hingga lahan-lahan tidur yang tidak dimanfaatkan, dan lahan-lahan tersebut akan semakin rusak seperti terjadi penggurunan (desertifikasi) dan potensi menimbulkan berbagai bencana. Hal ini seharusnya ditanggulangi sehingga potensi bencana bisa diminimalisir. Lebih jauh dari itu seharusnya lahan-lahan tersebut juga bisa memberi manfaat ekonomi sehingga pengrusakan hutan juga bisa ditanggulangi. Ketika masyarakat telah mampu mandiri secara ekonomi dengan memanfaatkan lahan-lahan tersebut maka hutan lindung bisa terjaga dengan baik. Solusi untuk permasalahan lingkungan sekaligus aspek ekonomi adalah solusi jitu dan dibawah ini ada 2 skenario yang bisa dilakukan, yakni pertama, kebun bambu untuk biomaterial dan kebun energi untuk supplai energi biomasa. Selain faktor penggundulan hutan, krisis air juga sebagai akibat perubahan iklim. Tingginya konsentrasi CO2 di atmosfer mempengaruhi perubahan iklim tersebut dan solusi pembuatan kebun-kebun tersebut juga sebagai media menyerap CO2 dari atmosfer.


Bambu sebagai biomaterial

Pohon bambu sudah sangat familiar bagi hampir semua masyarakat dan banyak masyarakat yang masih memanfaatkan bambu hingga kini. Tetapi pemanfaatan bambu sebagian besar masih pada berbagai produk yang memiliki nilai tambah yang rendah sehingga secara ekonomi kurang menarik. Pohon bambu juga memiliki potensi besar untuk dibuat perkebunan besar dengan prioritas utama untuk perbaikan lingkungan dan prioritas kedua sebagai sumber bahan baku biomasa untuk biomaterial. Perkebunan bambu untuk perbaikan lingkungan karena perkebunan tersebut mampu mencegah erosi, menyerap CO2 dari atmosfer, sumber O2 dan mampu mengangkat air tanah sehingga membantu ketersediaan air. Walaupun pada dasarnya semua pohon mampu menyerap dan menahan air, tetapi pohon bambu memiliki kemampuan di atas rata-rata yakni bisa mengangkat permukaan air tanah rata-rata 10  meter dalam 20 tahun atau 0,5 meter setiap tahunnya. Krisis air yang terjadi bisa sehingga direduksi atau dieliminasi dengan pembuatan perkebunan bambu tersebut.

Perkebunan bambu juga sangat efektif untuk penyediaan biomasa bahan baku biomaterial. Ketika pohon bambu telah berusia 5 tahun maka setiap bulan dari rumpunnya bisa dipanen batang bambu setiap bulan hingga masa produktif mencapai umur 60 tahun tanpa perlu replanting. Sedangkan untuk kayu dari pohon lainnya, umumnya dibutuhkan waktu 10 tahun bahkan lebih untuk bisa dipanen satu kali dan replanting untuk siklus selanjutnya. Periodisasi panen setiap bulan dengan panen 10 tahun sekali akan berdampak signifikan pada jumlah tenaga kerja yang diserap. Selanjutnya pemanfaatan bambu sehingga menghasilkan produk-produk bernilai ekonomi tinggi adalah hal penting dilakukan. Produk-produk seperti komposit bambu, tekstil bambu, dan flooring, adalah sejumlah pemanfaatan bambu bernilai ekonomi tinggi. Kualitas komposit bambu istimewa demikian juga tekstil bambu. Import bahan baku tekstil yang masih dominan hari ini juga bisa direduksi dengan tekstil bambu tersebut. Perkebunan dan pengolahan bambu bisa menjadi suatu model bioeconomy dan untuk lebih detail bisa dibaca disini, dan disini, serta lebih lanjut bambu sebagai biomaterial bisa dibaca disini.


Kebun energi untuk menyuplai energi biomasa

Walaupun saat ini hampir semua produsen energi dari biomasa sebatas memanfaatkan limbah pengolahan kayu, penggergajian kayu maupun limbah pertanian, tetapi karena supplai dari limbah-limbah tersebut terbatas dan fluktuatif, maka sulit diandalkan untuk supplai kapasitas besar dan berkesinambungan. Dalam jangka waktu yang tidak lama lagi diperkirakan kebun energi akan menggantikannya. Kebun energi dengan tanaman rotasi cepat adalah solusi ideal untuk supplai energi dalam jumlah besar dan berkesinambungan tersebut. Wood pellet adalah salah satu produk yang bisa dibuat dari kebun energi tersebut. Permintaan wood pellet di pasar internasional semakin meningkat seiring kesadaran masalah lingkungan. Wood chip sebagai produk yang lebih sederhana juga bisa dibuat jika pengguna bahan bakar biomasa berdekatan dengan kebun energi.

Dalam skala yang lebih kecil, kayu dari kebun energi juga bisa untuk produksi briquette dan charcoal briquette. Kebutuhan briquette tidak sebanyak pellet dan charcoal briquette terutama hanya untuk barbeque. Produk charcoal briquette atau lebih populer dengan nama sawdust charcoal briquette memiliki pasar besar terutama untuk daerah Timur Tengah, Arab Saudi dan Turki. Daun dari kebun energi juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, seperti domba, kambing, sapi dan kerbau. Daun tersebut juga memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga menjadi pakan bergizi bagi ternak-ternak tersebut. Padang penggembalaan juga bisa dibuat di area kebun energi sehingga usaha peternakan menjadi efektif dan efisien, untuk lebih detail bisa dibaca disini. Ditinjau dari aspek lingkungan kebun energi juga berperan dalam penyerapan CO2, mencegah erosi dan konservasi air. Bahkan akar dari tanaman kebun energi yang bisa menyerap N2 dari atmosfer akan semakin menyuburkan tanah tersebut.
Apabila manusia bisa memanfaatkan tanah secara optimal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menjaga keseimbangan, merawat dan tidak merusaknya, maka bencana seperti krisis air dan tanah longsor, insyaAllah tidak akan terjadi. Memanfaatkan dengan tetap menjaga lingkungan secara bijaksana sehingga bisa terus berkembang dan berkelanjutan juga sebagai wujud rasa syukur terhadap nikmat Allah SWT sehingga nikmat-nikmat tersebut tersebut ditambah oleh-Nya.
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."  (QS Al A'Raf : 96)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...