Keterjaminan pasokan bahan baku adalah salah satu faktor
kunci dari keberhasilan usaha wood pellet. Ada 2 cara untuk mendapatkan bahan
baku yang umum dilakukan saat ini :
a. Membeli dari pemilik atau sumber bahan baku.
b. Mengusahakan sendiri ketersediaan bahan sendiri.
Sedangkan cara ke-3 dan ini masih belum banyak dilakukan
pengusaha wood pellet adalah dengan cara campuran atau mix, yakni sebagian
mengusahakan sendiri ketersediaan bahan bakunya dan sebagian sisanya membeli
dari pemilik atau sumber bahan baku.
Sedangkan ditinjau dari jenis biomasa bahan bakunya ada 2
macam, yakni
a. Biomasa kayu
b. Biomasa yang non-kayu seperti limbah-limbah pertanian
(tandan kosong sawit, tongkol jagung, sekam padi dan sebagianya). Saat ini
biomasa kayu masih menjadi prioritas untuk dipelletkan menjadi produk wood
pellet karena sejumlah keunggulan dibanding biomasa non-kayu yang umumnya
merupakan limbah-limbah pertanian, yang dimasukkan dalam kategori biomass
pellet atau agri-waste pellet.
Perbandingan antara wood pellet dan biomass pellet / agri-waste pellet
bisa dibaca disini.
Sedangkan biomasa kayu apabila ditinjau lebih khusus untuk
produksi wood pellet maka sumber bahan baku dibedakan menjadi 2 macam :
a. Limbah-limbah
industri pengolahan kayu.
b. Kayu dari produk kebun energi.
Sedangkan ditinjau dari kekeringan bahan baku, maka ada
bahan baku kering dan baha baku basah. Tingkat kekeringan bahan baku juga harus
diatur sehingga bisa menghasilkan wood pellet berkualitas.
Kebun energi sebagai sumber bahan baku yang diusahakan
sendiri memiliki banyak keunggulan, antara lain :
1. Kebun energi bisa dibuat sendiri sehingga kontrol bahan
baku internal usaha wood pellet lebih mudah, seperti fluktuasi pasokan,
perubahan harga pasar, tidak tergantung sumber-sumber kayu limbah dan
sebagainya.
2. Produk samping dari kebun energi berupa hijauan bisa
dimanfaatkan untuk peternakan seperti sapi atau kambing, dan peternakan lebam
madu yang memanfaatkan bunga dari tanaman kebun energi.
3. Lokasi pabrik wood pellet bisa sangat dekat atau bahkan
berada ditengah-tengah kebun energi (raw material oriented), sehingga
biaya/harga bahan baku murah.
4. Kebun energi juga menyerap CO2 dari atmosfer (Carbon negative), aplikasi wood pellet merupakan Carbon neutral sehingga bisa masuk
dalam perdagangan karbon, kegiatan mitigasi perubahan iklim melalui aforestasi (penanaman/penambahan stok karbon), dan pembangunan unit SFM (Sustainable Forest Management).
Photo-Photo Pembibitan Tanaman Kaliandra Untuk Pembuatan Kebun Energi Seluas 1200 ha |
5. Pola penyediaan bahan baku mix (campur) dengan sebagian
kebun energi milik perusahaan (inti) dan sebagian yang lain milik masyarakat
(plasma) bisa dilakukan. Pola ini akan mengikutsertakan peran masyarakat dan
mengembangkannya.
6. Penghasilan tambahan dengan memanfaatkan sela tanaman
kebun energi dengan tanaman lain (model agroforestry) sehingga budidaya
bersifat polikultur yang lebih tahan penyakit.
7. Lahan tidur atau bahkan lahan marginal yang jumlahnya
jutaan hektar bisa dimanfaatkan secara efektif.
8. Menyuburkan dan memperbaiki kondisi tanah termasuk
pencegahan erosi. Akar tanaman kaliandra yang berbentuk bintil-bintil mampu mengikat
nitrogen sehingga menyuburkan tanah.
9. Tanaman cepat panen dan tumbuh (trubus) lagi, tanpa perlu
penanaman ulang. Tanaman kebun energi seperti kaliandra hanya ditanam sekali
lalu trubus atau tumbuh lagi setelah ditebang (panen) hingga puluhan tahun,
hasil lebih banyak dan perawatan sangat mudah.
10. Pengembangan atau perbesaran kapasitas pabrik wood pellet sangat dimungkinkan selama lahan masih tersedia. Dan saat ini masih ada
jutaan hektar yang potensial untuk pembuatan kebun energi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar