Kamis, 07 Mei 2020

Produksi Arang dari Limbah Sabut Kelapa


Sabut kelapa adalah limbah dari buah kelapa atau industri pengolahan kelapa yang masih belum banyak dimanfaatkan. Sabut kelapa biasanya ditinggalkan di perkebunan kelapa tersebut dan seringkali hanya menjadi limbah yang mencemari lingkungan seperti di daerah Indragiri Hilir, sentra perkebunan kelapa terbesar di dunia. Hal tersebut mirip dengan tandan buah kosong pada industri kelapa sawit yang biasanya hanya dibuang di perkebunan sawit ataupun ditimbun begitu saja di sekitar pabrik sawit tersebut. Di sejumlah pabrik sawit limbah sabut (mesocarp fiber) juga banyak dihasilkan dan juga cenderung menjadi limbah yang mencemari lingkungan terutama pada pabrik sawit dengan boiler efisiensi tinggi. Sejumlah sabut kelapa telah diolah menjadi cocofiber dan cocopeat (atau kalau tandan kosong sawit diolah menjadi dried long fiber) tetapi secara prosentase masih kecil. Cocofiber digunakan untuk bahan matras, jok, tali, sapu, keset, geotekstil dan sebagainya, sedangkan cocopeat untuk media tanam. 
 Pemanfaatan lain yang praktis dan mudah dilakukan bahkan di daerah-daerah terpencil adalah pemanfaaatan limbah sabut kelapa tersebut untuk produksi arang. Arang tersebut selanjutnya dibuat briket sehingga lebih padat dan mudah digunakan. Briket arang tersebut bisa digunakan untuk memanggang daging, ikan ataupun bahan bakar memasak berbagai makanan.  Bahan bakar briket arang tersebut seharusnya akan menarik dan disukai karena tidak berbau, tidak berasap dan bentuknya yang seragam. Dibandingkan dengan briket batubara yang dulu sempat digalakkan, briket arang dari sabut kelapa maupun biomasa pada umumnya lebih cocok untuk keperluan memanggang (barbeque) dan memasak tersebut karena alasan di atas, sedangkan pada briket batubara selain muncul bau yang tidak sedap akibat senyawa sulfur/belerang, abu yang dihasilkan juga masuk kelompok B3 sehingga perlu penanganan lebih sulit. Daerah-daerah terpencil tersebut bisa menggunakan briket arang tersebut untuk keperluan masak sehari-hari maupun dipasarkan ke perkotaan khususnya di warung-warung kuliner yang menyediakan makanan dengan dipanggang atau dibakar (barbeque). 
Pemanfaatan lain dari arang dari sabut kelapa tersebut adalah untuk sektor pertanian. Hal tersebut karena arang (biochar) bisa digunakan untuk meningkatkan produktivitas panen dan efisiensi penggunaan pupuk. Biochar bisa digunakan pada  kebun sayuran dan buah-buahanan. Kebun kelapa yang pada umumnya jarang sekali atau tidak pernah dipupuk maka dalam upaya meningkatkan produktivitasnya supaya optimal maka program pemupukan perlu dilakukan dengan teratur. Kalau rata-rata produktivitas kelapa Indonesia saat ini hanya 40 butir/pohon/tahun maka dengan penggunaan biochar diharapkan bisa ditingkatkan. Padahal angka maksimum rata-rata, terutama jenis kelapa dalam (tall varieties) dapat mencapai 100 hingga 120 butir per pohon per tahun atau kurang lebih tiga kali lipat dari yang ada saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...