Sabtu, 16 Mei 2020

Wood Briquette untuk UKM


Sejumlah UKM telah menggunakan wood pellet sebagai bahan bakarnya seperti pada video di atas. Alasan utama penggunaan wood pellet tersebut adalah penghematan atau faktor ekonomi yakni penghematan sekitar 30% dibandingkan gas LPG bersubsidi 12 kg. Dengan menggunakan burner khusus, api dari pembakaran wood pellet tersebut seperti nyala api dari burner gas. Penggunaan wood pellet UKM-UKM tersebut berkisar dari beberap ton/bulan hingga puluhan ton/bulannya. Selain mudah digunakan, wood pellet juga mudah dan aman disimpan. Keseragaman ukuran dan tingkat kekeringan membuat kualitas wood pellet lebih terjaga dibanding bahan bakar biomasa lainnya. Salah satu nilai lebih dari penggunaan bahan bakar padat khususnya wood pellet adalah anti meledak. Penggunaan bahan bakar gas seperti LPG cenderung lebih berhati-hati pada bahaya ledakan tersebut.

LPG 12 kg non-subsidi
Produk bahan bakar biomasa yang mirip wood pellet dan bisa digunakan seperti wood pellet di atas adalah wood briquette atau sawdust briquette. Kedua produk tersebut dibuat dengan cara pemadatan biomasa (biomass densification), hanya ukuran briquette lebih besar dibandingkan pellet. Penggunaan wood briquette bahkan lebih mudah dibandingkan wood pellet, karena tidak membutuhkan burner khusus. Wood briquette cukup dimasukkan ke lubang tungku sama seperti penggunaan kayu bakar. Kualitas wood briquette juga lebih baik dibandingkan kayu bakar dan wood pellet sekalipun, yakni karena tingkat kepadatan (density) lebih tinggi dibandingkan kedua bahan bakar tersebut. Kayu bakar memiliki kepadatan sekitar 500 kg/m3, sedangkan wood pellet 700 kg/m3 dan wood briquette 1100 kg/m3. Proses produksi wood briquette juga sangat mirip dengan wood pellet, sehingga wood briquette juga memiliki ukuran yang seragam dan tingkat kekeringan tinggi, bedanya dimensi wood briquette lebih besar dibandingkan wood pellet. Sedangkan dari segi penghematan dibandingkan gas LPG 12 kg, penghematan wood briquette hampir sama dengan wood briquette yakni dikisaran 30%. Tetapi dengan tanpa adanya burner khusus, penggunaan wood briquette menjadi lebih mudah dan murah dibandingkan wood pellet.

Tentu wood briquette memiliki spesifikasi yang berbeda dengan briquette batubara. Hal tersebut terutama dari sumber bahan baku yang digunakan. Batubara mengandung sulfur sehingga akan merusak citarasa makanan apabila digunakan untuk memasak karena menimbulkan bau yang kurang sedap. Sedangkan wood briquette sama seperti wood pellet dibuat dari biomasa kayu yang dipadatkan. Selain itu abu batubara termasuk limbah B3 karena mengandung logam berat, sedangkan wood briquette seperti halnya wood pellet abunya adalah seperti abu pembakaran kayu saja.
Ditinjau dari aspek lingkungan penggunaan bahan bakar biomasa merupakan bahan bakar ramah lingkungan karena berasal dari tumbuh-tumbuhan dan saat ini umumnya dibuat dari limbah industri perkayuan. Supaya bahan bakar biomasa tersebut terus berkelanjutan (sustainable) maka tumbuh-tumbuhan atau pepohonan sebagai sumbernya harus dikelola dengan baik dan benar. Dan karena kayu tersebut merupakan produk photosintesis dari tumbuhan dan ketika dibakar lagi tidak menambah konsentrasi gas CO2 di atmosfer atau bahan bakar carbon neutral. Untuk memproduksi untuk kebutuhan energi tersebut, maka untuk skala besar dan berkelanjutan skenario kebun energi adalah opsi terbaik. Dengan kebun energi, selain kayunya bisa untuk produksi wood briquette dan wood pellet juga bisa diintegrasikan dengan usaha peternakan, untuk lebih detail bisa dibaca disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...