Luasnya lahan bekas tambang batubara yang mencapai sekitar 8 juta hektar adalah masalah lingkungan tersendiri sehingga perlu di atasi. Kebun energi adalah solusi efektif untuk reklamasi lahan bekas tambang batubara tersebut untuk lebih detail bisa dibaca disini. Mereklamasi lahan bekas tambang batubara adalah bentuk tanggungjawab dari pengusaha tambang batubara tersebut. Reklamasi seharusnya dilakukan sebaik-baiknya bukan hanya simbolis dan seremonial, sehingga efek kerusakan lingkungan bisa diminimalisir. Upaya mereklamasi lahan bekas tambang batubara merupakan hal yang tidak mudah sekaligus membutuhkan waktu dan biaya yang besar, sehingga tidak heran banyak yang menghindari tanggungjawab tersebut. Solusi terbaik adalah mengatasi masalah tersebut sekaligus menghasilkan keuntungan baik keuntungan ekonomi maupun lingkungan. Produksi wood pellet dengan bahan baku kayu dari kebun energi tersebut adalah solusi jitu mengatasi kerusakan lingkungan tersebut sekaligus keuntungan ekonomi.
Belum lama ini pemerintah mencanangkan program cofiring untuk sejumlah PLTU di Indonesia. Pada tahun 2020 program cofiring tersebut sudah diinisiasi dengan target 37 PLTU dan pada akhir 2020 dilaporkan telah terlaksana untuk 20 PLTU. Sedangkan secara keseluruhan terdapat 114 unit PLTU milik PLN yang berpotensi dapat dilakukan cofiring tersebut yang tersebar di 52 lokasi dengan kapasitas total 18.154 megawatt (MW) dengan target selesai 2024. Terdiri dari 13 lokasi PLTU di Sumatera, 16 Lokasi PLTU di Jawa, Kalimantan (10 lokasi), Bali dan Nusa Tenggara (4 unit PLTU), Sulawesi (6 lokasi) serta Maluku dan Papua (3 lokasi PLTU). Sedangkan rasio cofiring tersebut berkisar 1-5% biomasa dengan estimasi kebutuhan biomasa 9-12 juta ton per tahun. Cofiring tersebut adalah upaya paling mudah dan murah bagi PLTU untuk secara bertahap menggunakan energi terbarukan khususnya biomasa. Saat ini juga sudah ada standar nasional wood pellet (SNI wood pellet) untuk keperluan cofiring tersebut dan untuk lebih detail bisa dibaca disini. Penggunaan bahan bakar biomasa khususnya wood pellet adalah skenario karbon netral yang perlu terus ditingkatkan. Bahan bakar biomasa tersebut akan menyelamatkan lingkungan dan tidak menambah panas suhu bumi, untuk lebih detail baca disini.
Kebijakan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil khususnya batubara juga terus dilakukan secara global. Untuk Asia sebagai contoh Jepang dan Korea dengan Feed in Tarrif dan Renewable Portofolio Standardnya (RPS) terdepan dalam penggunaan energi terbarukan khususnya wood pellet. Sedangkan di Eropa dengan Renewable Energy Directive II (RED II) energi terbarukan ditargetkan mencapai 32% pada tahun 2030, bahan bakar biomasa diprediksikan mencapai sekitar 75% dari porsi energi terbarukan tersebut dan targetnya batubara total tidak digunakan pada 2050. Jerman mengumumkan untuk tidak menggunakan batubara pada 2038, UK bahkan mentargetkan tidak lagi mengunakan batubara untuk produksi listriknya mulai Oktober tahun 2024. Amerika Utara yakni Amerika Serikat dan Kanada sebagai anggota G7 juga berkomitmen mengurangi konsumsi batubara, bahkan Kanada pada 2018 mengumumkan peraturan untuk tidak lagi menggunakan batubara untuk pembangkit listrik pada 2030. Di sisi lain proyek pembangunan pembangkit listrik batu bara yang dibiayai China di berbagai negara berguguran.Ditambah lagi negara G7 (Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat) gencar memblokir penggunaan batu bara. Negara-negara yang masih mendukung penggunaan batu bara, seperti China dan Indonesia, semakin terisolasi dan bisa menghadapi lebih banyak tekanan untuk menghentikan kegiatan tersebut.
Daun sebagai produk samping dari kebun energi tersebut sangat potensial dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Daun jenis legum tersebut memiliki kandungan protein cukup tinggi. Kuantitas daun yang dihasilkan juga besar, sebanding dengan luasan kebun energi tersebut. Idealnya pengembangan kebun energi akan mendukung industri peternakan, sehingga tidak hanya kebutuhan energi yang dicukupi tetapi juga kebutuhan pangan. Sebagai perbandingan yakni asosiasi produsen pakan ternak Eropa, FEFAC, memprioritaskan sumber protein untuk pakan ternak dari kebun energi rapeseed dari sejumlah upaya mendapatkan sumber protein untuk pakan ternak, untuk lebih detail bisa dibaca disini. Produk utama kebun energi rapeseed adalah minyak yang digunakan untuk produksi biodiesel, dan bungkil sebagai produk samping produksi minyak tersebut yang digunakan sebagai sumber protein pakan ternak. Kebutuhan sumber protein untuk pakan ternak memiliki peran penting sebagai nutrisi pada hewan ternak khususnya ruminansia. Eropa masih sangat kekurangan sumber protein tersebut sehingga import tidak bisa dihindari. Diperkirakan sekitar 48 juta ton sumber protein pakan dibutuhkan Eropa, sehingga daun dari kebun energi ada peluang bisa diexport ke Eropa untuk hal tersebut. Ketika industri pakan dalam negeri belum mampu menyerapnya maka export adalah pilihan terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar