Pada dasarnya kampanye penyelamatan kebun kelapa (tree of life)
adalah menghidupkan industri kelapa terpadu. Rusak dan tidak
terpeliharanya perkebunan kelapa akibat tidak adanya pendanaan untuk
menjaga, merawat dan mengembangkannya secara berkelanjutan
(sustainable).
Bioeconomy didefinisikan sebagai produksi berbasis pengetahuan dan
menggunakan sumberdaya biologi atau makhluk hidup untuk menghasilkan
produk-produk, proses-proses, dan jasa-jasa pada sektor ekonomi dalam
kerangka sistem ekonomi berkelanjutan.
Santan instan atau santan kemasan hampir tidak terpikirkan khususnya oleh ibu-ibu di Indonesia beberapa dekade lalu. Demikian juga dengan air kelapa kemasan, hampir semua orang Indonesia juga tidak terpikirkan saat itu. Hal itu terutama karena kelapa sangat mudah didapatkan di hampir seluruh pelosok negeri. Tetapi kondisi ini berubah ketika masakan asia mulai mendunia sehingga banyak masyarakat barat yang menyukainya. Santan sebagai salah satu unsur utama masakan tersebut menjadi suatu kebutuhan yang harus disediakan. Masyarakat perkotaan dengan penduduk yang padat serta memiliki kesibukan tinggi, membutuhkan sesuatu yang praktis dan instan sehingga membuat produk santan instan mudah diterima. Hal tersebut juga sama seperti produk bumbu-bumbu masakan instan yang laris di daerah perkotaan.
Industri santan dan air kelapa kemasan adalah tipe industri besar sehingga membutuhkan pasokan bahan baku dalam jumlah besar dan kontinyu. Untuk mendapatkan kondisi tersebut pada umumnya hanya bisa di perkebunan kelapa yang tidak jarang lokasinya masih sangat terpencil. Pada lokasi tersebut umumnya listrik dan sejumlah infrastruktur pendukung belum tersedia sehingga industri kelapa terpadu belum bisa dioperasikan. Listrik adalah salah satu kebutuhan pokok untuk operasional industri, sehingga perlu dibuat terlebih dahulu sebelum menjalankan industri kelapa terpadunya seperti industri dengan produk utama santan dan air kelapa kemasan. Produksi listrik untuk keperluan tersebut, setidaknya bisa dilakukan dengan 2 cara, yakni : pertama, dengan steam boiler, seperti yang biasa dilakukan pada pabrik kelapa sawit. Sabut kelapa yang memiliki nilai ekonomis terendah digunakan untuk bahan bakarnya.
Cara kedua, yakni dengan
pirolisis kontinyu. Tempurung kelapa dapat digunakan sebagai sebagai bahan baku pirolisis tersebut. Dengan teknologi pirolisis lebih akan memberi keuntungan karena selain dihasilkan listrik, juga dihasilkan panas dan arang tempurung. Listrik dan panas bisa digunakan untuk operasional industri pengolahan kelapa, sedangkan arang tempurung bisa langsung dijual atau diolah lanjut menjadi briket atau
arang aktif (activated carbon). Ketika kebutuhan listrik besar maka pembangkit listrik bisa menggunakan keduanya, yakni steam boiler berbahan bakar sabut kelapa dan pirolisis dengan bahan baku tempurung kelapa. Apabila ingin menghasilkan arang yang lebih banyak maka sabut kelapa juga bisa digunakan untuk bahan bakar pirolisis kontinyu. Kualitas arang sabut kelapa lebih rendah dbandingkan arang dari tempurung kelapa. Hal tersebut sehingga arang sabut kelapa bisa digunakan sebagai arang pertanian (
agri-char / biochar) sehingga akan meningkatkan produktivitas kebun kelapa, sedangkan arang tempurung untuk keperluan seperti tersebut di atas.
Selain diolah menjadi santan kemasan, daging buah juga bisa diolah menjadi VCO (Virgin Coconut Oil) atau dessicated cooconut (kelapa parut kering). Produksi VCO bisa dilakukan pada skala menengah, tetapi saat ini untuk pasar export atau pembeli luar negeri pada umumnya mensyaratkan adanya sertifikat organik. Hal itu juga yang menjadi penyebab mengapa produksi VCO skala kecil untuk pasar export sulit dilakukan. Pada dasarnya buah kelapa bisa dibuat untuk berbagai macam produk, sesuai kebutuhan pasar. Industri pengolahan kelapa hampir semua membutuhkan listrik dan panas untuk proses produksinya (khusus industri VCO hanya listrik saja). Pendekatan industri kelapa terpadu membuat industri pengolahan kelapa menjadi lebih efisien. Kombinasi industri pengolahan kelapa menyesuaikan dengan kebutuhan pasar. Redupnya pasar kopra & minyak kelapa, ternyata sedikit demi sedikit disubtitusi dengan peningkatan pasar dessicated coconut, VCO, santan, nata de coco, air kelapa kemasan dan bahkan gula kelapa. Mungkinkah kelapa akan kembali berjaya? Ada indikasi ke sana memang. Wallahu'alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar