Bioeconomy didefinisikan sebagai produksi berbasis pengetahuan dan menggunakan sumberdaya biologi atau makhluk hidup untuk menghasilkan produk-produk, proses-proses, dan jasa-jasa pada sektor ekonomi dalam kerangka sistem ekonomi berkelanjutan.
Tugu Monas sangat monumental dan sangat terkenal sehingga hampir semua orang Indonesia mengenalnya bahkan provinsi DKI menggunakan tugu monas tersebut sebagai logo atau icon pemerintahannya. Tetapi sangat sedikit yang tahu jika emas seberat 32 kg yang menjadi puncak tugu Monas tersebut, 28 kgnya atau 87,5% (katakan hampir 90%) berasal dari sumbangan pengusaha kelapa yakni dari perdagangan kopra. Kelapa memang pernah mengalami kejayaan bahkan hingga memiliki peran besar dalam kemerdekaan Indonesia. Sejumlah amunisi perang hingga berbagai peristiwa penting dalam rangka kemerdekaan Indonesia dibiayai oleh perdagangan kopra. Kopra menjadi bahan baku minyak kelapa yang nantinya menjadi sejumlah produk turunannya yang sangat dibutuhkan bagi manusia. Era kejayaan kopra atau minyak kelapa ini berkisar pada dekade peralihan abad 19 ke abad 20 atau lebih pasnya antara 1870-an hingga 1950-an dan puncak kejayaannya pada tahun 1920-an.
Kelapa |
Indonesia yang mayoritas masih mengeksport bahan mentah atau bahan baku
bagi industri di negara lain juga mengindikasikan sebagai negara berkembang
sehingga kondisi ini juga seharusnya diperbaiki. Export berbagai produk jadi
atau minimal produk antara harus diupayakan. Export produk kelapa butir adalah
salah satu hal yang harus dihindari dan diganti dengan export produk olahan.
Ketika kita bicara tentang menghidupkan industri kelapa terpadu, tetapi di lain
sisi kelapa butir sebagai bahan baku langsung dieksport tanpa diolah itu sama
saja bohong atau percuma saja. Industri tanpa bahan baku pasti akan mati. Mengeksport kelapa bulat yang jumlahnya diperkirakan empat milyar butir setiap tahunnya adalah suatu
kemunduran. Bagaimana tidak, dalam sejarah kejayaan kelapanya, Indonesia
mengeksport dalam bentuk minimal kopra, sementara hari ini malah mengeksport
buah kelapa bulat. Era industri 4.0 juga tidak ada artinya dengan kondisi
seperti ini.
Tentu perlu regulasi dan
kerjasama yang baik antara berbagai pihak untuk mengatasi hal tersebut. Memang ada juga kebijakan dari negara maju untuk membatasi perkembangan industri negara berkembang, sebagai contoh pada masa kejayaan kelapa Philipina banyak mengeksport kopra ke Amerika Serikat dan Amerika membeikan sebagian pajak import ke Philipina dengan syarat agar Philipina tidak mengembangkan industri kelapanya. Dan memang pada era tersebut banyak industri pengolahan kopra di Eropa dan Amerika Serikat.
Kelapa Sawit |
Bahkan pada era bioeconomy saat ini seharusnya semua komoditas perkebunan, pertanian, kehutanan, perikanan dan peternakan saling mendukung menjadikan kuatnya perekonomian, sebagai contoh dengan agro-forestry akan mampu mengoptimalkan potensi lahan dan keseimbangan lingkungan. Jangan sampai malah terjadi dikotomi dan kontradktif sehingga antar produk berbasis bioeconomy saling melemahkan, sebagai contoh minyak kelapa dan minyak kelapa sawit seharusnya bisa memiliki segmen sendiri-sendiri atau bahkan sejak awal sudah dirancang bahwa kelapa untuk terutama produk pangan non-minyak dan sawit untuk produk minyak karena produktivitas minyak perhektarnya terbesar dari semua tanaman.Minyak kelapa dan minyak sawit (CPO) memiliki kualitas berbeda, karena minyak kelapa memiliki ikatan rantai menengah atau MCFA (Medium Chain Fatty Acid) sedangkan minyak sawit (CPO) memiliki ikatan rantai panjang atau LCFA (Long Chain Fatty Acid). Minyak kelapa yang kaya akan asam laurat (lauric acid) mirip dengan minyak inti sawit (PKO). Selain ditemukan di minyak kelapa dan minyak inti sawit (PKO), asam laurat juga ditemukan dalam air susu ibu (ASI).
Ketika Uni Eropa misalnya dengan bioeconomy-nya melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan berbagai sumber energi, pangan, bahan kimia dan sebagainya dari makhluk hidup atau biomasa, maka sudah seharusnya kita menyadari dengan posisi Indonesia di daerah tropis adalah posisi terbaik untuk memimpin era bioeconomy dengan syarat apabila dikelola dengan benar. Jangan sampai potensi besar hanya sia-sia bahkan membawa petaka seperti beberapa waktu lalu, yakni kekayaan alam mengundang penjajah dan bangsa Indonesia terjajah akibat adu domba para penjajah. Akibatnya malah jadi budak di negeri sendiri. Indonesia seharusnya menjadi produsen terbesar biomasa, the biomass country.
Sebagai sesama kelompok tanaman palmae maka ada banyak kesamaan antara sawit dan kelapa. Dan khusus kasus di Indonesia misalnya produktivitas kelapa maupun kelapa sawit juga masih kalah dari negara lain seperti Malaysia, sehingga ini perlu ditingkatkan. Tetapi jumlah industri pengolahan sawit mulai dari produksi CPO dan turunannya saat ini lebih banyak daripada kelapa, yang diperkirakan sekitar 1000 buah sedangkan luas perkebunan sawit juga hampir 4 lipat daripada perkebunan kelapa. Produksi kelapa sawit saat ini adalah mencapai 38,17 juta ton utuk CPO atau 41,98 ton total dengan minyak inti sawit (PKO) pada 2017 atau terbesar di dunia. Dengan produksi CPO 38,17 juta ton, penggunaan untuk sektor pangan terutama minyak goreng sebesar 3-5% (setara kurang lebih 2 juta ton)sektor lainnya yakni produk turunan CPO seperti oleokimia 3,8 juta ton/tahun lalu sektor energi yakni biodiesel 2,5 juta ton, dan sisanya export sekitar 70% .
Santan kemasan selain digunakan untuk memasak juga digunakan untuk susu
nabati, seperti susu kedelai. China adalah negara yang banyak mengkonsumsi
santan kelapa untuk pengganti susu hewani, dengan China sebagai konsumen
terbesarnya. Sedangkan dessicated coconut (kelapa parut kering), saat ini ada 3
produsen utama yakni Philipina, Indonesia dan Sri Lanka. Saat ini diperkirakan lebih dari 20 pabrik
dessicated coconut di Indonesia. Peningkatan permintaan dessicated coconut
cukup besar yakni 151 ribu ton pada tahun 1990 menjadi 248 ribu ton pada 2008.
Kelapa sangat dekat dengan kehidupan rakyat, sehingga masyarakat bisa turut aktif memajukan industri kelapa terpadu tersebut. Industri-industri kelapa terpadu bisa dibuat di sentra-sentra perkebunan kelapa, bahkan di lokasi terpencil sekalipun asalkan ada akses untuk memasarkan produknya. Akses dan penguasaan pasar adalah hal penting. Ketika pasar sudah di dapat dan di kuasai maka aktivitas produksi bisa dengan mudah dilaksanakan. Percuma membangun pabrik atau industri jika tidak punya pasarnya. Pola kerjasama saling menguntungkan (non-riba) seperti syirkah dengan bagi hasil akan membuat industri lebih kuat. InsyaAllah. Hal tersebut karena dari kelapa bisa menghasilkan banyak sekali produk yang bisa dikomersialkan dan akan membawa berkah. Perusahaan-perusahaan besar juga telah bersiap siaga untuk mengambil peluang ini, sehingga jangan sampai ketinggalan. Hal yang perlu diupayakan agar harta tidak hanya berputar di kalangan tertentu saja seperti saat ini yang terjadi dengan penerapan ekonomi kapitalis. Dengan model ekonomi saat ini membutuhkan 800 tahun bagi milyaran rakyat terbawah untuk mencapai 10% pendapatan global. Akibat liberalisme dan kapitalisme yang terjadi saat ini mengakibatkan 10% orang terkaya menguasai 85% kekayaan global. Tiga orang terkaya dunia memiliki aset lebih dari 47 PDB negara PDB bruto terendah. 1% orang terkaya memiliki lebih dari 50% kekayaan dunia. Ketimpangan yang sangat besar tersebut hendaknya segera bisa segera diatasi dengan ekonomi yang berkeadilan dan menyejahterakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar