Senin, 27 Januari 2020

Kebun Kelapa, Kelapa Sawit dan Kebun Energi

Walaupun sama-sama kebun buatan dan berorientasi ekonomi, pada dasarnya setiap kebun memiliki karakteristik tersendiri. Kondisi alam, curah hujan, kesuburan tanah, infrastruktur, kebutuhan pasar, dan topografi adalah sejumlah pertimbangan untuk pembuatan jenis kebun tersebut. Pohon kelapa dan pohon energi membutuhkan perawatan lebih mudah dibandingkan kebun sawit. Pohon dan kebun kelapa juga sangat familiar dan populer di kalangan masyarakat Indonesia. Bahkan pada abad lalu kelapa mengalami era keemasannya. Kopra dan minyak kelapa waktu itu menjadi menjadi komoditas andalan dari kelapa dengan nilai ekonomi sangat besar. Hancurnya industri kopra dan minyak kelapa waktu itu akibat kampanye negatif dari ASA (American Soybean Association), sehingga citra minyak kelapa hancur dan digantikan minyak kedelai. Tetapi ada titik terang dan sejumlah indikasi bahwa industri kelapa ini akan mulai bangkit, untuk lebih detail baca serial artikel menghidupkan industri kelapa terpadu yang dimulai dari sini.

Kebun Kelapa di Kulon Progo Yogyakarta
Melewati perkebunan sawit di perbatasan Kalsel dan Kaltim

Kebun energi gliricidia di Jawa Tengah
 Sedangkan kebun energi mungkin bagi sebagian masyarakat Indonesia merupakan hal yang asing dan baru, walaupun tanaman yang digunakan untuk kebun energi pada umumnya telah dikenal luas, yakni kaliandra dan gliricidae/gamal. Kebun energi dibuat terutama untuk merespon kebutuhan energi terbarukan dari biomasa khususnya wood pellet. PLTU batubara terutama sebagai penghasil gas rumah kaca yakni CO2 (karbon dioksida) dalam volume massif, sehingga secara bertahap harus dikurangi, salah satunya dengan bahan bakar dari biomasa atau wood pellet yang merupakan bahan bakar karbon netral. Potensi pengembangan kebun energi sangat besar karena kebutuhan bahan bakar biomasa atau wood pellet yang sangat besar (baca Jepang dengan FIT (feed in tarrif), Korea dengan RPS (Renewable Portofolio Standard) dan Uni Eropa dengan RED (Renewable Energy Directive) II), luas tanah jutaan hektar yang tersedia dan kondisi iklim tropis sebagai daerah ideal untuk menghasilkan energi dari biomasa. Indonesia seharusnya bisa menjadi the biomass country.

Untuk kebun kelapa sawit, Indonesia juga sangat terkenal, hal ini karena Indonesia adalah pemilik perkebunan sawit terbesar di dunia, dengan luas saat ini diperkirakan lebih dari 13 juta hektar atau sekitar 4 kali luas perkebunan kelapa. Pabrik sawit juga jumlahnya sangat banyak dan diperkirakan ada sekitar 1000 unit pabrik sawit. Pohon kelapa sawit ini berasal dari Afrika Barat yang pada awalnya dibawa penjajah Belanda dan ditanam di kebun raya Bogor, lalu diperbanyak dan dikembangkan hingga saat ini.Produksi CPO Indonesia pada 2017 diperkirakan mencapai 38,17 juta ton, PKO 3,81 juta ton atau total mencapai 41,98 juta ton. Akhir-akhir ini minyak sawit juga mendapat berbagai kampanye dari Uni Eropa terkait masalah lingkungan. Bila ini dibiarkan terus menerus dan berkepanjangan, maka tidak menutup kemungkinan nasibnya akan sama dengan minyak kelapa.
Pohon sawit membutuhkan perawatan lebih banyak dibandingkan kelapa maupun tanaman kebun energi. Kebutuhan air dan pupuk juga besar dan vital bagi pohon sawit. Faktor inilah yang perlu diperhatikan terutama yang ingin mengembangkan perkebunan sawit. Pohon kelapa tidak membutuhkan banyak air dan pupuk, sehingga sangat memungkinkan untuk diberi tanaman sela. Sebagai contoh di Sri Lanka, gliricidae atau gamal sebagai tanaman sela kebun kelapa. Bahkan penggembalaan ternak seperti domba, kambing dan sapi dimungkinan di sela-sela pohon kelapa tersebut. Sedangkan kebun energi maka batangnya akan digunakan sebagai bahan baku produksi wood pellet, daunnya untuk pakan ternak seperti domba, kambing dan sapi serta bunganya untuk peternakan lebah madu.

"Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah  ruah,  hingga  seorang  laki-laki  pergi  ke  mana-mana  sambil membawa  harta  zakatnya  tetapi  dia  tidak  mendapatkan  seorangpun  yang bersedia  menerima  zakatnya  itu.  Dan  sehingga  tanah Arab  menjadi  subur makmur  kembali  dengan  padang-padang  rumput  dan  sungai-sungai "  (HR.Muslim).

Bumi sekali lagi akan menjadi makmur sebelum kiamat. Secara umum kebun-kebun dan hutan-hutan seperti itu juga menjadi penyebab munculnya mata-mata air (QS 36 : 34) yang pada waktunya akan mengalir ke sungai-sungai  (QS 19 : 24-25) dan juga menjadi kesenanganmu dan binatang ternakmu (QS 79 : 31). Solusi kebun energi dan peternakan domba/Kambing juga ibarat sekali dayung, 2-3 pulau terlampaui, yakni energi dan pangan. Indonesia saat ini baru menggenjot salah satu unsur pangan, yakni karbohidrat terutama beras karena juga sebagai makanan pokok dan disektor itupun saat ini belum swasembada dengan import beras mencapai jutaan ton. Padahal selain karbohidrat komposisi makananan kita meliputi protein, lemak, vitamin dan mineral. Logikanya ketika di sektor yang pokok saja masih kedodoran, apalagi unsur-unsur penunjang yang lain. Peternakan domba/kambing sebagai penyedia unsur penunjang tetapi sangat penting peranannya yakni protein.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memaksimalkan Kecepatan Penyerapan CO2 dari Atmosfer Berbasis Biomasa

Memaksimalkan kecepatan penyerapan CO2 dari atmosfer adalah hal sangat penting mengingat kecepatan penambahan konsentrasi CO2 ke atmosfer ya...