Tumbuhnya kesadaran manusia akibat kerusakan lingkungan
berupa perubahan iklim dan pemanasan global menumbuhkan berbagai upaya untuk
mengurangi besarnya dampak kerusakan lingkungan tersebut. Sumber penyebab
kerusakan lingkungan tersebut karena keserakahan manusia melalui aktivitas
ekonominya dengan mengeksploitasi alam secara berlebihan. Manusia hendaknya
menjadi pengelola alam ini secara bijaksana bukan malah sebaliknya akibat
kepentingan sesaat hawa nafsunya. Tumbuhnya kesadaran tersebut harus terus
dipelihara dan diatur sedemikian rupa sehingga membuahkan berbagai upaya
konkrit. Tanpa peraturan yang jelas dan mengikat aktivitas semua manusia dimuka
bumi maka mustahil upaya perbaikan alam tersebut akan terlaksana dengan baik.
Kita saksikan saat ini berbagai perusahaan hingga negara ingin
mendapat pengakuan sebagai perusahaan atau negara yang paling peduli masalah
lingkungan tidak terkecuali di Indonesia. Dengan begitu mereka berlomba-lomba dengan program Go Green-nya seperti CO2 Reduction atau pengurangan emisi CO2 dan semacamnya. Dengan pengakuan tersebut umumnya
mereka ingin mendapat tempat tersendiri dikalangan
konsumen ataupun mitra-mitra mereka sehingga produk ataupun program-program
mereka nantinya juga mudah diterima kalangan-kalangan tersebut. Aktivitas
tersebut juga menimbulkan aktivitas ekonomi baru yakni Green Economy. Seberapa besar Green Economy atau Green Business ini?
Jawabnya tentu saja tergantung seberapa besar program mitigasi perubahan iklim
dan lingkungan dalam entitas perusahaan atau negara yang bersangkutan hingga
dalam lingkup global.
Wood pellet adalah salah satu solusi yang populer untuk
mitigasi masalah lingkungan dan perubahan iklim tersebut. Wood pellet yang
berasal dari biomasa kayu merupakan bahan bakar karbon netral dan merupakan
sumber energi terbarukan dengan syarat biomasa kayu sebagai sumber bahan baku
wood pellet tersebut harus diusahakan
secara berkesinambungan dan tidak merusak lingkungan. Ketersediaan bahan baku
yang kontinyu adalah salah satu faktor kunci suksesnya usaha produksi wood
pellet, sehingga karena keterbatasannya saat ini pellet tidak hanya dari kayu tetapi juga dari limbah-limbah
pertanian atau perkebunan yang bisa disebut biomass pellet atau agri-wastepellet. Kebun energi dengan tanaman trubusan atau SRC adalah salah satu cara
menghasilkan biomasa kayu sebagai sumber bahan baku wood pellet lebih cepat dan
bisa berkesinambungan. Potensi Indonesia sangat besar untuk kebun energi
tersebut dan akan lebih baik bila diintegrasikan dengan sektor yang lain.