Minggu, 29 Maret 2015
Menentukan Kapasitas Pabrik Wood Pellet
Sabtu, 21 Maret 2015
Wood Pellet dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
Integrasi ekonomi diantara anggota ASEAN dalam MEA (atau AEC = ASEAN Economic Community) yang rencananya akhir tahun ini akan dimulai, merupakan bentuk hubungan lanjut dari AFTA yang sifatnya lebih menyeluruh daripada sekedar perdagangan (trade). Integrasi paling tinggi pada aspek ekonomi seperti halnya di negara-negara yang tergabung dalam masyarakat ekonomi Eropa (MEE) adalah penyatuan mata uang, tetapi ini kelihatanya belum akan dilakukan dalam waktu dekat pada MEA. MEA ini membuat berbagai negara-negara ASEAN membuat suatu regulasi atau aturan bersama dalam wilayah kawasan ekonominya. Blok-blok perdagangan dan ekonomi memang banyak dibuat saat ini berdasarkan kawasan atau regional tertentu yang jelas juga memiliki tujuan tertentu juga. Integrasi atau penyatuan ekonomi dalam MEA tersebut membuat berbagai negara-negara ASEAN saling berlomba untuk meningkatkan daya saing untuk tetap bisa memimpin percaturan dalam regional tersebut. Indonesia dengan luas wilayah dan penduduk terbesar (sekitar 250 juta) ditambah melimpahnya sumberdaya alam adalah potensi ekonomi yang luar biasa atau negri zamrud katulistiwa ini akan menjadi fokus atau perhatian utama pada MEA.
Bonus demografi berupa jumlah penduduk usia produktif melebihi usia non-produktif juga akan faktor lain yang akan menambah daya tarik Indonesia, yang kondisi ini berkebalikan dengan kondisi negara-negara Eropa, Jepang dan negara-negara ekonomi kuat lainnya. Tentu dengan kondisi tersebut Indonesia seharusnya tidak hanya menjadi pasar berbagai produk luar negeri dan ekonomi kuat yang membuat neraca perdagangan tidak seimbang dan akan selalu membuat kondisi Indonesia semakin terpuruk. Peluang sekaligus tantangan akan dihadapi sehingga seharusnya perlu persiapan serius dan matang. Sejumlah negara ASEAN telah menyiapkan jauh-jauh hari untuk menghadapi MEA ini, tetapi Indonesia terlihat belum secara serius mempersiapkan untuk menghadapi MEA ini.
Wood pellet memiliki peran strategis dalam menghadapi MEA karena banyaknya permintaan seiring tingginya kesadaran pada mitigasi bencana, perubahan iklim dan pemanasan global. Luasnya lahan, suburnya tanah dan iklim tropis membuat bahan baku wood pellet yang bisa dibilang salah satu faktor kunci kesuksesan bisnis wood pellet, tidak sulit untuk diusahakan. Sejumlah kesatuan pengelolaan hutan (KPH) yang memang dipersiapkan untuk hutan tanaman industri (HTI) dan bisa dikerjasamakan dengan pihak swasta puluhan hingga ratusan ribu hektar tersedia. Selain itu jutaan hektar lahan marjinal dan lahan tidur juga sangat potensial, mengingat tanaman untuk bahan baku wood pellet ini juga sangat mudah tumbuh dan dibudidayakan. Pembuatan kebun energi atau istilah yang dipakai untuk kebun untuk produksi bahan baku wood pellet memiliki banyak keunggulan. Ekonomi yang dikembangkan pada usaha wood pellet adalah ekonomi yang rendah karbon. Pada prinsipnya membuat suatu usaha yang saling menguntungkan antara berbagai pihak dan tidak merusak alam sehingga bisa terus berkesinambungan harus dipegang kuat apapun yang akan dihadapi termasuk MEA ini.
Selasa, 10 Maret 2015
10 Keuntungan Dengan Membuat Kebun Energi Untuk Produksi Wood Pellet
Keterjaminan pasokan bahan baku adalah salah satu faktor
kunci dari keberhasilan usaha wood pellet. Ada 2 cara untuk mendapatkan bahan
baku yang umum dilakukan saat ini :
a. Membeli dari pemilik atau sumber bahan baku.
b. Mengusahakan sendiri ketersediaan bahan sendiri.
Sedangkan cara ke-3 dan ini masih belum banyak dilakukan
pengusaha wood pellet adalah dengan cara campuran atau mix, yakni sebagian
mengusahakan sendiri ketersediaan bahan bakunya dan sebagian sisanya membeli
dari pemilik atau sumber bahan baku.
Sedangkan ditinjau dari jenis biomasa bahan bakunya ada 2
macam, yakni
a. Biomasa kayu
b. Biomasa yang non-kayu seperti limbah-limbah pertanian
(tandan kosong sawit, tongkol jagung, sekam padi dan sebagianya). Saat ini
biomasa kayu masih menjadi prioritas untuk dipelletkan menjadi produk wood
pellet karena sejumlah keunggulan dibanding biomasa non-kayu yang umumnya
merupakan limbah-limbah pertanian, yang dimasukkan dalam kategori biomass
pellet atau agri-waste pellet.
Perbandingan antara wood pellet dan biomass pellet / agri-waste pellet
bisa dibaca disini.
Sedangkan biomasa kayu apabila ditinjau lebih khusus untuk
produksi wood pellet maka sumber bahan baku dibedakan menjadi 2 macam :
a. Limbah-limbah
industri pengolahan kayu.
b. Kayu dari produk kebun energi.
Sedangkan ditinjau dari kekeringan bahan baku, maka ada
bahan baku kering dan baha baku basah. Tingkat kekeringan bahan baku juga harus
diatur sehingga bisa menghasilkan wood pellet berkualitas.
Kebun energi sebagai sumber bahan baku yang diusahakan
sendiri memiliki banyak keunggulan, antara lain :
1. Kebun energi bisa dibuat sendiri sehingga kontrol bahan
baku internal usaha wood pellet lebih mudah, seperti fluktuasi pasokan,
perubahan harga pasar, tidak tergantung sumber-sumber kayu limbah dan
sebagainya.
2. Produk samping dari kebun energi berupa hijauan bisa
dimanfaatkan untuk peternakan seperti sapi atau kambing, dan peternakan lebam
madu yang memanfaatkan bunga dari tanaman kebun energi.
3. Lokasi pabrik wood pellet bisa sangat dekat atau bahkan
berada ditengah-tengah kebun energi (raw material oriented), sehingga
biaya/harga bahan baku murah.
4. Kebun energi juga menyerap CO2 dari atmosfer (Carbon negative), aplikasi wood pellet merupakan Carbon neutral sehingga bisa masuk
dalam perdagangan karbon, kegiatan mitigasi perubahan iklim melalui aforestasi (penanaman/penambahan stok karbon), dan pembangunan unit SFM (Sustainable Forest Management).
Photo-Photo Pembibitan Tanaman Kaliandra Untuk Pembuatan Kebun Energi Seluas 1200 ha |
5. Pola penyediaan bahan baku mix (campur) dengan sebagian
kebun energi milik perusahaan (inti) dan sebagian yang lain milik masyarakat
(plasma) bisa dilakukan. Pola ini akan mengikutsertakan peran masyarakat dan
mengembangkannya.
6. Penghasilan tambahan dengan memanfaatkan sela tanaman
kebun energi dengan tanaman lain (model agroforestry) sehingga budidaya
bersifat polikultur yang lebih tahan penyakit.
7. Lahan tidur atau bahkan lahan marginal yang jumlahnya
jutaan hektar bisa dimanfaatkan secara efektif.
8. Menyuburkan dan memperbaiki kondisi tanah termasuk
pencegahan erosi. Akar tanaman kaliandra yang berbentuk bintil-bintil mampu mengikat
nitrogen sehingga menyuburkan tanah.
9. Tanaman cepat panen dan tumbuh (trubus) lagi, tanpa perlu
penanaman ulang. Tanaman kebun energi seperti kaliandra hanya ditanam sekali
lalu trubus atau tumbuh lagi setelah ditebang (panen) hingga puluhan tahun,
hasil lebih banyak dan perawatan sangat mudah.
10. Pengembangan atau perbesaran kapasitas pabrik wood pellet sangat dimungkinkan selama lahan masih tersedia. Dan saat ini masih ada
jutaan hektar yang potensial untuk pembuatan kebun energi tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)
Memaksimalkan Kecepatan Penyerapan CO2 dari Atmosfer Berbasis Biomasa
Memaksimalkan kecepatan penyerapan CO2 dari atmosfer adalah hal sangat penting mengingat kecepatan penambahan konsentrasi CO2 ke atmosfer ya...
-
Sejak pakan ternak menjadi komoditas perdagangan atau produk komersial dimulai pada awal 1800an ketika alat transportasi dan penggerak alat-...
-
Sebagai komoditas perdagangan yang sedang menjadi trend dunia, banyak standar wood pellet yang diberlakukan. Pada dasarnya standar wood ...
-
Wood lump charcoal dan sawdust charcoal briquette adalah dua jenis produk arang dari kayu. Wood lump charcoal berasal dari potongan-poto...