Kamis, 18 Juli 2019

Startup Business Berbasis Peternakan Domba

Daging domba adalah daging terbaik untuk konsumsi manusia. Para Nabi dan Rasul utusan Allah SWT pastilah pernah menjadi penggembala domba ini. Ada banyak hikmah dari aktivitas menggembala tersebut, untuk lebih detail bisa dibaca disini. Semakin meningkatnya konsumsi daging domba bahkan menjadi makanan favorit adalah suatu hal yang menggembirakan. Sejumlah warung-warung sate dan juga menawarkan sejumlah masakan daging domba selalu ramai dikunjungi. Diperkirakan sekitar 250 warung sate dan olahan domba tersebut tersebar diseluruh Yogyakarta. Tingginya minat dan konsumsi daging domba juga pasti berefek pada tingginya pasokan domba yang dibutuhkan. Kota-kota lain di Indonesia seharusnya juga mengikutinya. Tentunya ini akan menjadi peluang menarik termasuk dengan pola startup business. Bahkan ketika supply domba semakin besar, pasar export juga siap menanti.
Budidaya rumput tentu bukan hal sulit, bahkan tanpa ditanam pun rumput telah tumbuh lebat dan memenuhi kebun kita. Rumput yang tidak dikelola tersebut hanya mengganggu dan menimbulkan masalah. Tetapi sebaliknya jika pertumbuhan rumput tersebut dirancang dan dikelola dengan baik sehingga menjadi area penggembalaan domba tentu akan lain ceritanya. Pada industri peternakan apapun faktor pakan adalah komponen biaya tertinggi. Jika domba tersebut dikelola dengan digembala di padang rumput tersebut maka biaya pakan akan bisa diminimalisir sehingga keuntungan menjadi maksimal. Penggembalaan rotasi (rotation grazing) adalah teknik penggembalaan yang bisa untuk memaksimalkan keuntungan tersebut.
Selain rumput yang bisa dikatakan sebagai makanan pokok bagi domba-domba tersebut, makanan tambahan berupa supplement juga dibutuhkan untuk mendapat kualitas daging terbaik. Kebun energi seperti kebun kaliandra bisa sebagai pendukung peternakan domba tersebut. Daun-daun dari panen kebun energi bisa digunakan untuk pakan tambahan tersebut. Daun kaliandra dengan kandungan protein tinggi akan menjadi pakan bergizi bagi domba-domba tersebut. Selain itu kayu-kayu dari kebun energi juga bisa digunakan untuk produksi arang briket (sawdust charcoal briquette). Dengan menggunakan arang yang dibuat dari kayu kebun energi itu berarti tidak merusak lingkungan seperti menebang kayu hutan dan sebagainya. Kualitas arang briket (sawdust charcoal briquette) juga lebih baik dibandingkan arang biasa yang tidak dibriketkan, karena lebih padat, ukuran seragam dan waktu nyala lebih lama.
Pada kapasitas besar domba-domba tersebut juga bisa menjadi komoditas export. Padang-padang rumput yang luas dan kebun-kebun energi bisa banyak dibuat untuk tujuan export tersebut. Pemanfaatan teknologi semakin dibutuhkan untuk kapasitas besar tersebut misalnya drone untuk memantau dan mengawasi pergerakan domba tersebut. Lokasi di luar Jawa dan bahkan bisa diintegrasikan dengan perkebunan besar memiliki potensi sangat besar, untuk keterangan tambahan bisa dibaca disini. Indonesia sebagai pemilik perkebunan sawit terbesar di dunia dengan luas mencapai 12 juta hektar sangat potensial mengintegrasikan peternakan domba ini. Sebelumnya juga sudah kita dengar bahwa peternakan sapi telah diintegrasikan pada sejumlah perkebunan sawit, untuk lebih detail bisa dibaca disini. Selain dombanya yang akan menjadi komoditas export demikian juga sawdust charcoal briquette dari kebun energi tersebut.
Sate Domba Dalam Kemasan
Startup business berbasis peternakan domba tersebut akan mendorong memperbaiki kualitas makanan kita dan juga sekaligus memperbaiki lingkungan. Dan supaya berbagai wilayah juga mudah mendapatkan suplai daging domba tersebut maka daging domba juga bisa dikemas dalam bentuk sate siap saji, sehingga juga mudah bila hendak mengkonsumsi sate domba setiap hari. Pada saat hari raya Idul Adha startup business ini juga mendukung penyediaan hewan qurban, sebagai bagian menegakkan syariat Islam (QS. Al-Kautsar :2; QS. Al-Hajj:34) yang akan terus ada hingga hari kiamat. Bahkan khusus domba dibolehkan untuk hewan qurban yang masih berumur enam bulan, masuk bukan ketujuh (jadza'ah) sedangkan hewan qurban lain memenuhi syarat jika minimal sudah berumur satu tahun atau lebih (mussinnah) seperti kambing adalah tsany (umur satu tahun, masuk tahun kedua), sapi dua tahun, masuk tahun Ketiga dan unta lima tahun, masuk tahun keenam. Lebih jauh juga kebutuhan makanan halal adalah kebutuhan mutlak bagi semua muslim sehingga menjalankan bisnis untuk pemenuhan makanan halal juga seharusnya menjadi domain orang Islam seperti halnya bisnis umroh dan haji hingga wisata halal. Terlebih lagi banyak ayat dalam Al Qur'an tentang keutamaan domba dibanding hewan ternak lainnya, untuk lebih detail bisa dibaca disini. Mari kita menjadi bagian solusi pangan dan lingkungan dunia serta menegakkan syariat Allah SWT.

Rabu, 10 Juli 2019

Startup Business Berbasis Kebun Energi

Startup business menjadi trend hari ini dan tidak sedikit khususnya kalangan muda yang sangat tertarik dengan pola bisnis ini. Teknologi informasi berupa internet telah memudahkan menjalankan bisnis startup tersebut. Hari ini kita bisa saksikan bahwa dengan pola startup tersebut sejumlah perusahaan besar telah exist dan berdiri dengan menjual produk dan layanannya. Produk inovatif yang bisa memberi solusi jitu dari berbagai permasalahan yang ada akan perusahaan tersebut terus exist dan berkembang. Tetapi ternyata menjalankan dan mengembangkan startup business ini juga bukan hal mudah dan tanpa kendala. Faktanya sampai saat ini kemungkinan startup muncul dan mampu bertahan hanya 8% artinya dari 100 startup muncul hanya 8 startup saja yang bisa bertahan sampai tahun kedua. Bahkan kalau dihitung hingga tahun kelima, hanya 2 startup saja yang bisa bertahan. Tetapi fakta diatas bukan halangan sehingga menurunkan semangat untuk terus menekuni startup business tersebut justru sebaliknya menjadi penyemangat tentang perlunya ilmu dan bekal yang cukup sehingga bahkan memperbaiki kondisi tersebut.

Sama halnya dengan bisnis pada umumnya, bisnis startup juga akan senantiasa bisa bertahan dan berkembang bila memang terus dibutuhkan oleh konsumen. Ada sejumlah komoditas mendasar yang akan selalu terus dibutuhkan diantaranya yaitu pangan dan energi. Kebutuhan pangan dan energi selalu berbanding lurus dengan populasi manusia. Energi terbarukan khususnya berbasis biomasa yang juga menjadi salah satu fokus dari blog ini, memiliki prospek cerah dimasa mendatang. Kebun energi bisa menjadi basis untuk sebuah startup business. Kebun energi selain memiliki manfaat yang besar bagi lingkungan, juga memiliki manfaat ekonomi dan sosial. Selain itu pada faktanya implementasi kebun energi juga saat ini belum ada yang menggarap secara profesinal, sehingga perlu akselerasi. Pada tahap awal startup bisa fokus pada komoditas yang mudah dan dibutuhkan pasarnya, seperti skema dibawah ini.
Startup Business Berbasis Kebun Energi Tahap 1
Kebun energi memiliki sejumlah output yang bisa dikomersialkan atau dijual, yakni kayu  untuk bahan baku wood pellet, daun untuk pakan ternak dan bunga untuk produksi madu. Sejumlah output atau hasil panen tersebut jelas akan memaksimalkan keuntungan kebun energi tersebut. Luasnya lahan tidur, lahan kritis dan sejumlah lahan tidak produktif yang mencapai puluhan juta hektar adalah tantangan tersendiri untuk implementasi kebun energi tersebut. Semakin banyak lahan dimanfaatkan dan semakin tinggi tingkat keuntungan yang didapat maka tentunya akan semakin banyak para investor berinventasi pada sektor ini. Program swasembada daging dari produksi dalam negeri juga semakin terbantu dan bisa diakselerasi dengan hijauan pakan ternak dari daun kebun energi tersebut. Kebun energi dengan menggunakan tanaman kelompok leguminoceae (polong-polongan) seperti kaliandra dan gamal/gliricidae, dengan akar yang bersimbiosis dengan azetobacter sehingga bisa mengikat nitrogen dari atmosfer membuat daun-daunnya kaya protein sehingga menjadi pakan bergizi bagi ternak.
Startup Business Berbasis Kebun Energi Tahap 2
Pada tahap 2 seperti skema diatas keuntungan yang didapat bisa lebih ditingkatkan lagi. Hal tersebut karena perusahaan tidak hanya memproduksi bahan mentah yang digunakan industri lain tetapi lebih jauh lagi, yakni menghasilkan produk jadi yang siap dikonsumsi. Walaupun demikian panjangnya mata rantai proses produksi memang menjadikan tanggungjawab produsen semakin besar dan kompleks. Startup business yang sudah berpengalaman atau sudah melampaui skema tahap 1 biasanya akan lebih mudah untuk menjalankan tahap 2. Pasar untuk tahap ini juga sebagian besar untuk eksport karena sampai saat ini pasar dalam negeri belum siap, misalnya wood pellet untuk bahan bakar pembangkit listrik berteknologi fulidized bed combustion. PKS (palm kernel shell) atau cangkang sawit saat ini telah banyak digunakan untuk untuk pembangkit listrik tersebut, dan karena ketersediaan juga terbatas akan sangat mungkin pada era mendatang wood pellet dari kebun energi sebagai penggantinya.

Pasar bahan bakar biomasa khususnya PKS dan wood pellet sangat terbuka khususnya pasar export. Jepang dan Korea adalah konsumen bahan bakar biomasa terbesar saat ini untuk kawasan Asia, untuk lebih detail tentang karakteristik pasar Jepang dan Korea bisa dibaca disini. Sedangkan Eropa dengan program RED (Renewable Energy Directive) II pada tahun 2030 mentargetkan bahwa hampir 1/3 konsumsi energi berasal dari energi terbarukan dengan bahan bakar biomasa mendapat porsi 80%. Jumlah tersebut tentu sangat besar, dengan kondisi saat ini saja Eropa masih membutuhkan sekitar 5 juta ton wood pellet padahal RED I yang berlaku sampai 2020 hanya mentargetkan 20% konsumsi energi dari energi terbarukan dan biomasa mendapat porsi 80%.

Kamis, 04 Juli 2019

Vibrating Screen untuk Membersihkan PKS Berorientasi Export

Salah satu parameter kualitas untuk PKS atau cangkang sawit untuk pasar export adalah faktor kebersihannya. Faktor kebersihan ini sangat terkait dengan banyak sedikitnya benda-benda pengotor di dalamnya. PKS di pabrik sawit biasanya hanya ditumpuk di hamparan tanah bagian belakang pabrik sawit. Hal tersebut sangat memungkinkan tercampur dengan sejumlah pengotor yang berada di sekitar lokasi tersebut atau karena sejumlah limbah atau sampah yang mungkin juga dibuang di lokasi tumpukan PKS tersebut. Pengotor PKS yang biasa ditemui adalah logam, plastik dan batu. Untuk tujuan export tersebut jumlah pengotor yang diperbolehkan atau tingkat toleransi sangat kecil yakni berkisar 1% saja. Mengapa PKS tersebut perlu dibersihkan sedemikian rupa? Hal tersebut karena pengotor-pengotor tersebut akan menggangu proses pembakaran atau pemanfaatan PKS tersebut dan pembangkit listrik adalah pengguna terbesarnya. Dan untuk lebih detail bisa dibaca disini.
Ayakan Manual
Ayakan (screener) adalah peralatan yang digunakan untuk membersihkan PKS dari pengotor tersebut. Kotoran-kotoran tersebut akan terpisah dari PKS karena perbedaan ukurannya. Dan khusus untuk pengotor logam maka pemisahannya dilakukan dengan magnet (magnetic separator). Proses pembersihan dengan ayakan ini pada dasarnya sangat mudah, bahkan dengan ayakan manual saja bisa dilakukan. Tetapi untuk volume yang cukup besar misalnya hingga ribuan ton maka ayakan manual tidak efisien dan membutuhkan waktu lama sehingga dibutuhkan ayakan yang bekerja secara mekanik. Ada dua ayakan mekanik yang biasa digunakan yakni ayakan getar (vibrating screen) dan ayakan putar (rotary screen). 
Pada prakteknya jenis vibrating screen lebih populer dibandingkan rotary screen. Hal tersebut karena konstruksi dan operasional vibrating screen lebih mudah, selain itu harga vibrating screen juga lebih murah dibanding rotary screen. Vibrating screen adalah ayakan yang beroperasi akibat adanya getaran dari gerakan eksentrik. Semakin tinggi rpm maka gerakan vibrating screen akan semakin halus. Baik vibrating screen juga bisa dilengkapi beberapa ayakan atau ayakan bertingkat sehingga bisa didapat sejumlah fraksi produk berdasarkan ukurannya. Hanya saja  hal tersebut juga lebih mudah dilakukan dengan vibrating screen. Pada pengayakan PKS biasanya hanya satu hingga tiga tingkat pengayakan saja.

Kebutuhan PKS untuk pasar Asia dan Eropa diprediksi terus meningkat setiap tahunnya hingga mencapai jutaan ton. Hal tersebut karena produksi listrik dengan menggunakan PKS semakin meningkat. Supplai atau pasokan PKS terutama berasal dari Indonesia dan Malaysia, serta beberapa negara di Afrika Barat, tempat asal pohon sawit. Indonesia dan Malaysia terutama menyuplai kebutuhan Jepang dan Korea di Asia sedangkan Afrika Barat menyuplai negara-negara di Eropa. PKS sebagai bahan bakar biomasa juga memiliki kompetitor terutama adalah wood pellet. Harga PKS di pasar dunia jauh lebih murah dibandingkan wood pellet sehingga banyak pembangkit listrik biomasa lebih memilih PKS. Produksi PKS untuk export juga lebih mudah dibandingkan wood pellet. Export PKS dari Indonesia dan Malaysia cukup besar jumlahnya hal ini karena jumlah PKS yang dihasilkan juga besar sedangkan kebutuhan juga besar. Selain itu juga penggunaan PKS di dalam negeri yang masih kecil membuat export PKS lebih dominan.

Untuk pemesanan mesin vibrating screen tersebut bisa email di cakbentra@gmail.com atau telpon di 081328841805

Memaksimalkan Kecepatan Penyerapan CO2 dari Atmosfer Berbasis Biomasa

Memaksimalkan kecepatan penyerapan CO2 dari atmosfer adalah hal sangat penting mengingat kecepatan penambahan konsentrasi CO2 ke atmosfer ya...