Cofiring biomasa dengan batubara pada PLTU-PLTU di Indonesia sebagai program PLN untuk mendukung pemakaian energi terbarukan khususnya biomasa bisa jadi sebagai momentum terdekat kebun energi. Program tersebut juga sebagai upaya untuk mencapai target penggunaan energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025, sedangkan sampai saat ini masih kurang dari 5%. Pada tahun 2020 program cofiring tersebut sudah diinisiasi dengan target 37 PLTU tetapi pada prakteknya yang terlaksana 20 PLTU. Sedangkan secara keseluruhan terdapat 114 unit PLTU milik PLN yang berpotensi dapat dilakukan cofiring tersebut yang tersebar di 52 lokasi dengan kapasitas total 18.154 megawatt (MW) dengan target selesai tahun 2024. Rinciannya terdiri dari 13 lokasi PLTU di Sumatera, 16 lokasi PLTU di Jawa, 10 lokasi di Kalimantan, 4 lokasi di Bali, NTB dan NTT, 6 lokasi di Sulawesi, dan 3 lokasi di Maluku dan Papua. Sedangkan rasio cofiring tersebut berkisar 1-5% biomasa dengan estimasi kebutuhan biomasa 9-12 juta ton per tahun.
Dan baru saja juga telah terjadi kesepakatan antara PLN dengan Perhutani dan PTPN III untuk menyuplai biomasa untuk program cofiring tersebut, untuk info lebih lanjut bisa dibaca disini. Dalam hal ini, PLN sebagai pemilik PLTU, sedangkan Perhutani memiliki sumber daya kawasan hutan tanaman industri baik di Jawa (Perhutani) maupun di luar Jawa (Inhutani) yang bisa dikembangkan sebagai hutan tanaman energi atau kebun energi. Demikian juga dengan PTPN III dengan lahannya yang juga bisa digunakan untuk kebun energi tersebut. Gamal (gliricidia sepium) dan kaliandra merah (calliandra calotyrsus) adalah dua spesies tanaman rotasi cepat yang kemungkinan besar untuk kebun energi tersebut. Apabila setiap 4.000 hektar menghasilkan produksi 10.000 ton/bulan wood pellet atau 120.000 ton/tahun maka paling tidak dibutuhkan 400.000 hektar untuk memenuhi target cofiring 1-5% tersebut yang ekuivalen 9-12 juta ton per tahun. Potensi daun gamal atau kaliandra juga akan sangat melimpah. Dan semestinya juga mendorong tumbuh dan berkembangnya sektor industri ruminansia. Apalagi jika ke depannya PLN menambah porsi cofiringnya misalnya 6-10% atau bahkan 20% saja tentu kebun energi yang dibutuhkan akan sangat luas, demikian juga akan melimpah ruah potensi daun gamal atau kaliandra tersebut.
Pandemi covid-19 masih terus berlangsung dengan pertambahan kasus semakin besar di Indonesia dan belum terlihat kurva melandai bahkan kasus positif telah menembus lebih dari 1 juta jiwa. Hal tersebut diprediksi bahwa pandemi ini akan menjadi masalah jangka panjang dengan indikasi antara lain ditemukan varian-varian (strain) baru sehingga vaksin yang sudah disiapkan menjadi tidak atau kurang mujarab dan munculnya gelombang kedua wabah covid bahkan setelah vaksinasi dilakukan sehingga memaksa kota bahkan negara melakukan lockdown. Betapa Maha Kuasanya Allah SWT dengan segala kehendak-Nya, dimana seharusnya semakin mempertebal iman dan takwa kita. Kondisi pandemi covid-19 yang masih berkepanjangan membuat orang-orang takut dan menghindari kerumunan atau berkumpul termasuk aktivitas profesional seperti kantor dan industri. Kondisi ini juga akan mendorong tumbuhnya aktivitas usaha yang efisien dengan penggunaan berbagai teknologi yang ada.
Pengembangan-pengembangan industri berbasis teknologi dan efisien seharusnya menjadi fokus pemerintah untuk bertahan bahkan menjaga keberlangsungan (sustainibility) untuk tetap bisa mempertahankan pasokan barang yang dibutuhkan masyarakat. Konsentrasi-konsentrasi penduduk di suatu daerah juga harus semakin dikurangi dan didistribusikan dengan baik. Kota-kota besar menjadi semakin berkurang daya tariknya. Unit-unit produksi yang efisien harus ditingkatkan jumlahnya demikian juga distribusinya juga harus semakin merata. Daerah-daerah pinggiran, pedesaan bahkan pegunungan menjadi semakin dinikmati. Semakin dekat dengan alam atau usaha-usaha berbasis pemanfaatan sumber daya alam semakin dinikmati seiring distribusi lokasi usaha yang semakin merata atau tidak menumpuk di kota-kota besar. Warga dunia juga semakin banyak yang menginginkan sistem yang lebih adil dalam mengatur kehidupannya.
Usaha peternakan ruminansia (domba, kambing dan sapi) adalah usaha potensial apalagi didukung pemanfaatan limbah daun dari kebun-kebun energi tersebut. Lokasi untuk kebun energi tersebut pada umumnya di daerah hutan yang cukup jauh dari perkotaan. Daun gamal atau kaliandra tersebut bisa diolah menjadi berbagai bentuknya (konsentrat, hay, pellet, briquette dsb) sesuai permintaan atau penggunaannya. Dengan pemanfaatan teknologi yang baik maka limbah daun tersebut bisa dimanfaatkan secara optimal sehingga mendukung kemajuan usaha peternakan ruminansia. Peternakan tersebut juga akan sangat baik jika dibuat di dekat kebun energi sebagai salah satu sumber pakannya. Untuk mendapatkan komposisi pakan komplit (complete feed) pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan.